Peneliti dari Massachusetts Institute of Technology (MIT) di Cambridge, Amerika Serikat (AS), Lydia Bourouiba menyatakan pernafasan dapat menghasilkan droplet (percikan cairan tubuh) yang dapat ‘melayang’ hingga jarak 27 kaki.
Ketua Majelis Jemaat GPM Air Manis Pdt. Anthoni Jamlean.S.si.MH, kepada beritabeta.com di Ambon, Selasa malam (31/03/2020) mengatakan, pihaknya merasa terpanggil untuk melakukan sejumlah kegiatan terkait penanganan dan pencegahan virus corona di lingkungan jemaat.
Menyikapi penyebaran virus corona (Covid-19) di Maluku, khususnya Pulau Ambon, Balai Perlindungan Tanaman Pangan, Hortikulutura, dan Pekebunan (BPTHP) Provinsi Maluku, ikut mangambil bagian dalam aksi penyemprotan disinfektan di sejumlah wilayah pemukiman warga.
Pemerintah Provinsi (Pemprov) Maluku telah menyiapkan sebanyak 2000 paket Alat Pelindung Diri (APD) dan 6000 alat Rapid Test Covid-19 yang akan didistribusikan sejumlah rumah sakit yang ada di 11 kabupaten/kota di Maluku.
Upaya mengatasi penyebaran virus corona (COVID-19) di Kota Ambon, gencar dilakukan. Walikota Ambon, Richard Louhenapessy bahkan mengeluarkan surat himbauan, agar warganya dapat berjemur di sinar matahari pagi muai, besok, Rabu 1 April 2020, pukul 10-15 WIT.
Sebanyak 116 penumpang KM Nggapulu yang tiba di Pelabuhan Yos Soedarso, Ambon, Minggu malam (29/03/2020) dikarantina di Balai Diklat Pertanian Provinsi Maluku dan Balai Diklat Keagamaan Kementerian Agama.
Maraknya penggunaan cairan disinfektan di ruang publik pada berbagai titik fasilitas umum, bahkan di titik masuk perumahan untuk pencegahan penyebaran virus COVID-19, diajurkan agar dapat dilakukan dengan hati-hati.
Anggota DPRD Provinsi Maluku, Aziz Hentihu menyampaikan apresiasinya terhadap kinerja Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Buru yang menerapkan protokol pengawasan di pintu masuk Bandara Namniwel.
Dari hasil riset yang mereka lakukan, menyimpulkan untuk menangkal COVID-19, bisa dilakukan dengan minum jus jeruk. Jus jeruk yang dimaksud, bukan sembarang jus jeruk, tapi jus jeruk harus diminum bersama dengan kulitnya.
Hal itu bermula dari analisis seorang ilmuwan yang pernah memenangkan Nobel sekaligus ahli biofisika mengenai virus ini. Bahkan analisisnya mengenai COVID-19 sebelumnya juga dikatakan sangat akurat seperti apa yang terjadi di China beberapa waktu yang lalu.