Tanpa AM. Sangadji, Pekan Depan Jokowi Tetapkan Lima Pahlawan Nasional Baru

BERITABETA.COM, Jakarta – Dukungan masyarakat Maluku melalui DPRD dan Pemprov Maluku untuk memperjuangkan pejuang asal Maluku Abdul Mutalib Sangadji [AM. Sagadji] sebagai pahlawan Nasional belum juga mendapat persetujuan dari Presiden RI Joko Widodo.
Padahal, usulan menjadikan pejuang yang dijuluki si Jago Tua ini, sudah bergulir sejak setahun lalu. Saat itu Komisi IV DPRD Maluku telah menggelar Rapat Dengar Pendapat bersama keluarga Abdul Muthalib (A.M) Sangadji dan kemudian dilanjutkan dengan rapat bersama Pemprov Maluku.
Kepastian ini menyusul adanya keputusan Presiden Jokowi untuk menetapkan lima pahlawan Nasional baru yang akan dilakukan pekan depan, tapatnya pada Senin, 7 November 2022.
"Pemerintah akan anugerahkan gelar Pahlawan Nasional kepada lima putera pejuang dan pengisi kemerdekaan Indonesia," kata Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan (Menkopolhukam) Mahfud MD dalam cuitannya di akun Twitternya @mohmahfudmd, Kamis (3/11/2022).
Menkopolhukam seperti dikutip dari Tempo.co memastikan, penganugerahan gelar Pahlawan Nasional itu bakal dilakukan oleh Jokowi di Istana Negara, Jakarta Pusat pada Senin, 7 November 2022.

"Kepada daerah-daerah dan institusi-institusi warisannya, dipersilahkan melakukan tahniah (syukuran)," kata Mahfud.
Seperti diketahui, pamor AM. Sangadji atau Jago Tua tidak bisa diragukan. AM Sangadji adalah tokoh sentral Partai Sarekat Islam Indonesia (PSII) yang berjuang bersama dua rekannya, H.O.S. Tjokroaminoto dan H. Agus Salim.
Dalam catatan Oemar Dahlan, pada Majalah Suara Muhammadiyah terbitan No.4/64 TH 1984 menulis artikel berjudul “Monumen A M Sangadji di Tenggarong (Tokoh Trio SI: Tjokro-Salim–Sangadji)”, nama Abdul Muthalib Sangadji (A M Sangadji) tidak banyak dikenal dan ditulis seperti dua nama dari trio Syarekat Islam (SI), yakni HOS Tjokroaminoto dan Haji Agus Salim. Padahal, tiga nama ini dikenal sebagai trio SI, yang kemudian menjadi Partai Syarekat Islam Indonesia, yang lebih dikenal dengan PSII.
Menurut Oemar Dahlan, Sangadji adalah tokoh penting di Kalimantan Timur, terutama Tenggarong, Kutai Kartanegara.
“Tidak sedikit dari pemuda Samarinda dan Kalimantan pada umumnya, yang sesudah Indonesia merdeka menjadi orang-orang penting, juga dalam pemerintahan, yang tadinya menjadi “murid” Sangadji, setidaknya pernah berguru pada Sangadji,” ungkap Oemar dalam tulisannya itu.
Oemar Dahlan tertarik menulis artikel itu, karena tidak banyak buku atau tulisan sejarah pergerakan Nasional, khususnya yang berkaitan dengan SI mengungkap nama A M Sangadji.
Sangadji adalah kawan seperjuangan yang seangkatan dengan HOS Tjokroamnito dan Haji Agus Salim dalam masa jaya-jayanya SI dalam dasawarsa tahun dua-puluhan dulu. Mereka bertiga boleh dikatakan merupakan trio yang saling melengkapi dalam pimpinan SI.
Kembali ke penetapan lima pahlawan Nasional baru, dari catatan media ini, terdapat kelima tokoh yang ditetapkan Jokowi sebagai Pahlawan Nasional itu, antara lain :
1. Dr. dr. HR Soeharto dari Jawa Tengah. Dia merupakan dokter pribadi dari Presiden Soekarno. Soeharto juga mendirikan Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) yang menjadi cikal bakal lahirnya Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) di seluruh Indonesia.
2. Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Aryo (KGPAA) Paku Alam VIII Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Paku Alam VIII merupakan mantan Wakil Gubernur DIY. Semasa hidup, dia dinilai memiliki jasa besar, terutama dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia.
3. dr. R. Rubini Natawisastra dari Kalimantan Barat. Semasa hidup, Rubini ingin menurunkan angka kematian ibu dan anak saat melahirkan yang kerap terjadi di praktik bidan tradisional (dukun beranak). Rubini merupakan dokter lulusan STOVIA (School Tot Opleiding Van Inlandsche Artsen atau Sekolah Kedokteran Bumiputra) dan NIAS atau Nederlands Indische Artsen School (Surabaya),
4. H. Salahuddin bin Talabuddin dari Maluku Utara. Salahuddin adalah tokoh yang memimpin pergerakan melawan penjajah di wilayah Maluku Utara. Ia berkali-kali ditawan pihak Belanda dan dikurung lalu disiksa di penjara Sawahlunto, Nusakambangan hingga ke Boven Digul.
5. KH. Ahmad Sanusi dari Jawa Barat. Sanusi merupakan pendiri dari Al-Ittahadiyatul Islamiyah (AII), organisasi yang aktif bergerak dalam bidang pendidikan, sosial, dan ekonomi. Pada awal kependudukan Jepang di Indonesia, AII dibubarkan.
Ia kemudian mendirikan Persatuan Umat Islam Indonesia (PUII). Semasa hidup ia juga pernah menjabat sebagai anggota Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) pada 1945 (*)
Editor : dhino pattisahusiwa