WHO Sebut Belum Ada Kasus Kematian Akibat Serangan Covid Omicron
BERITABETA.COM – Juru Bicara Organisasi Kesehatan Dunia [WHO] Christian Lindmeier menyampaikan hingga saat ini WHO belum menemukan kematian akibat infeksi varian baru Covid-19, Omicron.
Meski WHO sendiri telah mamasukkan Omicron menjadi variant of concern (varian yang mengkhawatirkan), karena Omicron dilaporkan memiliki banyak strain atau mutasi dibandingkan varian Alpha, Beta dan Delta dan dianggap sangat menular.
"Saya belum melihat laporan kematian terkait Omicron," kata Christian Lindmeier dalam sebuah konferensi pers di Jenewa dikutip Minggu (5/12/2021).
Mengutip AFP, WHO mengatakan sedang mengumpulkan bukti tentang keparahan infeksi yang disebabkan varian dengan 32 mutasi pada protein lonjakannya itu. Sejauh ini gejala dilaporkan sangat ringan.
"Kami sedang mengumpulkan semua bukti dan kami akan menemukan lebih banyak bukti seiring berjalannya waktu," jalasanya.
"Semakin banyak negara, terus menguji orang, dan melihat secara khusus varian Omicron, kami juga akan menemukan lebih banyak kasus, lebih banyak informasi, dan, semoga tidak, tetapi juga kemungkinan kematian,"sambungnya.
Dikutip dari www.cnbcindonesia.com, WHO juga mengungkapkan bahwa salah satu jalan yang perlu diambil oleh negara-negara dunia adalah mempercepat vaksinasi. Selain itu, badan kesehatan global itu meminta agar warga dunia tetap mematuhi protokol kesehatan yang telah ditentukan sebelumnya.
"Kita tidak boleh hanya mengandalkan tindakan perbatasan. Yang paling penting adalah mempersiapkan varian ini dengan potensi penularan yang tinggi. Sejauh ini informasi yang tersedia menunjukkan bahwa kita tidak perlu mengubah pendekatan kita," sebut Takeshi Kasai, Direktur Pasifik WHO.
Bukan cuma itu, mengutip Straits Times, sekelompok ilmuwan Hong Kong telah berhasil mengisolasi varian Omicron untuk menjadi sampel medis. Hal ini berguna untuk penelitian lebih lanjut demi mengetahui respon kekebalan yang tepat atas virus ini.
Dalam keterangan resmi University of Hong Kong (HKU), pengisolasian virus ini merupakan yang pertama di Asia. Tim peneliti saat ini sedang memperluas pengamatan virus untuk menilai penularan, kemampuan penghindaran kekebalan, serta menebak patogenisitasnya.
"Kami menyadari ancaman serius dari varian tersebut dan segera bertindak," Profesor Kwok-yung Yuen, ketua Penyakit Menular, yang memimpin upaya penelitian tersebut, mengatakan dalam sebuah pernyataan.
"Mengisolasi varian adalah langkah pertama dalam studi mendesak varian."
Kabar baik selanjutnya juga datang dari Australia. Kepala petugas medis negara itu, Paul Kelly, menyebut bahwa hingga saat ini infeksi Omicron seluruhnya terjadi dengan gejala yang ringan dan tidak mematikan.
"Dari lebih dari 300 kasus yang sekarang telah didiagnosis di banyak negara, semuanya sangat ringan atau, pada kenyataannya, tidak memiliki gejala sama sekali," kata Profesor Kelly.
Sebelumnya CEO Pfizer Albert Bourla mengatakan bahwa pihaknya optimis bahwa obat pil untuk pengobatan Covid-19 yang saat ini sedang dikembangkan perusahaannya mampu melawan infeksi Varian Omicron.
Klaim ini bukan tanpa alasan. Bourla menyebut obat yang diberi nama Paxlovid itu dikembangkan dengan beberapa kemungkinan mutasi virus.
"Jadi itu memberi saya tingkat kepercayaan yang sangat tinggi bahwa pengobatan tidak akan terpengaruh, pengobatan oral kita tidak akan terpengaruh oleh virus ini," katanya.
Omicron pada awalnya dilaporkan di Afrika Selatan dan Botswana. Saat ini, varian itu telah dilaporkan di beberapa negara seperti Australia, Amerika Serikat, Inggris, Arab Saudi, Malaysia, Singapura, Jepang, Jerman, Nigeria, Portugal, dan Hong Kong (*)
Editor : Redaksi