Ahli Geothermal Amerika Tanggapi Soal Bencana di Kampus IAIN Ambon
Ini 4 Solusi Yang Ditawarkan Kepada Pihak IAIN
BERITABETA.COM, Ambon – Kasus retak dan miringnya tiga gedung di Kampus Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ambon, gedung Perpustakaan, gedung Laboratorium MIPA, dan Gedung Auditorium akibat curah hujan yang tinggi, ditanggapi oleh Michael Albrecht, seorang Ahli Geothermal (Ahli tenaga panas bumi) dari Amerika Serikat.
Michael Albrecht yang menerima informasi setelah membeca laporan beritabeta.com, dengan judul “Terancam Roboh, Gedung Rektorat IAIN Ambon Harus Dikosongkan” kemudian menanggapinya dengan mengirim rilisnya kepada redaksi beritabeta.com, Rabu pagi (12/6/2019).
Apa kata Michael Albrecht? Pria yang juga pemilik Tbapower Company (Perusahaan Pengebor Minyak Bumi) menyampaikan sejumlah berpendapat yang menjadi solusi kedepan. Pertama, sejumlah bangunan kampus di kawasan IAIN Ambon, konstruksinya jangan dibuat bertingkat tinggi, tetapi cukup satu lantai.
“I think the only option that is payable is spreading university put into more one story buildings” tulis Michael Albrecht.
Kedua, konstruksi pondasi bangunan di kawasan Kampus IAIN Ambon, harus dirancang dengan memasang pilar-pilar yang ditancap ke bebatuan yang kokoh, untuk itu tanah harus digali jauh ke dalam untuk menopang bangunan.
Ketiga, perlu juga dibuat sistem drainase vertical, yang airnya ditarik keluar dari dalam tanah selama musim hujan. Dan yang terakhir, apabila cuaca memungkinkan pihak kampus juga bisa menggunakan drone untuk memotret lokasi kampus secara berkala. Hasil foto bisa digunakan untuk menganalisa seberapa luas atau dalamnya longsor atau tanah yang amblas.
“Foto-foto itu bisa dibandingkan dengan dengan foto-foto dari Google Earth,” tandas Michael.
Menurut Michael, siapapun yang pernah berurusan dengan konstruksi harus melakukan pengujian kestabilan tanah. Dan wilayah dengan kontur tanahnya yang tidak padat dengan curah hujan yang tinggi, tanahnya akan menjadi labil, sehingga tidak akan mampu menopang bangunan yang dirancang tanpa memperhitungkan factor alam berupa hujan.
Michael mengakui, dirinya sudah terbiasa berurusan dengan monitoring bencana alam dan menitoring konstruksi serta tambang, semuanya berakar pada satu pemikiran.
“Kita tidak bisa melawan alam. Kita harus membiasakan diri dengannya dan menerimanya. Ini adalah falsafah bangunan dan geofisika dasar, (You can not fght mother nature. You need to live with it and accept it. It is basic geophysics and building philosophy),” bebernya.
Dari kasus yang menimpa tiga gedung di IAIN Ambon, kata dia, sama halnya dengan apa yang pernah terjadi sebelumnya. Ada sejarah kota yang tenggelam dan amblas ke dalam tanah karena tanahnya bercampur dengan air.
Pria berdarah Jerman yang menetap di Salt Lake City, Utah, Amerika Serikat ini mengakui, komunitasnya juga membangun masjid besar seperti bangunan kampus. Apa regulasi yang pertama diperlukan? Analisis tanah geoteknikal. Setelah urusan itu beres barulah rencana pembangunan bisa disetujui dan konstruksinya mulai dikerjakan.
Sebelumnya, Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapan BPBD Maluku, John Hursepuny, mengemukakan Badan Geologi Cq Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi(PVMBG) di Bandung telah diminta untuk melakukan kajian atau survei gerakan tanah atau longsor di kompleks IAIN Ambon.
John mengutip laporan sementara tim geologi Dinas ESDM Maluku yang melakukan peninjauan pada 4 Juni 2019 tercatat bencana geologi berupa gerakan tanah atau longsor dengan jenis debris slide dan ambelsan.
Bentuk longsor berupa hiperbola atau setengah lingkaran, panjang dan lebar longsor tidak dapat diukur karena tanah masih bergerak dan terdapat garis polisi.
“Bangunan fisik rusak berat empat unit yakni gedung auditorium, gedung perpustakaan, gedung laboratorium matematika dan gedung genset (ambles). Dua lainnya yang akan terkena dampak juga yaitu gedung pusat (rektorat) dan gedung tarbiyah,” kata John. (BB-DIO)