BERITABETA.COM, Jakarta  –Royal Dutch Shell akhirnya memutuskan hengkang dari Blok Masela. Perusahaan asal Belanda ini otomatis juga melepas hak partisipasi 35% di Blok Masela yang sudah disepakati sebelumnya. Lalu apa alasan Shell memilih hengkang dari proyek triliunan rupiah itu?

Inpex, selaku operator Blok Masela, akhirnya buka suara perihal keputusan Shell hengkang dari proyek gas Lapangan Abadi.

Dikutip dari  beritabeta.com dari www.cnbcindonesia.com, VP Corporate Services Inpex Masela Henry Banjarnahor mengatakan, Shell sudah melakukan penghitungan ulang soal keterlibatan dalam proyek tersebut.

Salah satu alasan Shell adalah proyek itu kurang kompetitif dibandingkan dengan portofolio proyek Shell di negara lain.

“Mereka (Shell) melihat global portofolio mereka di seluruh dunia dan mereka menganggap bahwa investasi di negara lain lebih menguntungkan mereka, jadi mereka mengutamakan itu,” kata Henry saat Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi VII DPR RI, Senin (24/8/2020).

Menurut dia, peristiwa pelepasan saham di bisnis hulu migas adalah hal yang biasa.

“Partner (mitra) itu datang dan pergi. Jadi, mereka datang ke Inpex mengatakan bahwa mereka ingin mendivestasikan working interest-nya di blok Masela,” ujar Henry.

Lebih lanjut ia mengatakan jika Inpex punya pandangan berbeda dengan Shell mengenai masa depan konsorsium. Sebagai operator, dia menjamin Inpex tetap pada komitmennya untuk melanjutkan proyek ini.

“Kami tetap berkomitmen terhadap kegiatan di Masela dan kami akan melanjutkan kerja sama dengan SKK Migas,” kata Henry.

Pihaknya juga mendorong kelancaran proses divestasi, termasuk mengenai pembukaan sejumlah data seperti data seismik, sumur ataupun data komersial. Dalam proses ini, Shell masih wajib terlibat sebagai bagian dari konsorsium.

“Kami meminta izin ke BKPM, menurut informasi, surat telah ditandatangani (pembukaan data) dan dengan surat izin tersebut Shell akan memulai proses divestasinya kepada potential buyer (investor potensial) mereka,” ujar Henry.

Pertamina Diajak Bergabung

Menykapi hal ini, SKK Migas membuka ruang terhadap PT Pertamina (Persero) jika berminat menggarap Blok Masela.

Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengungkapkan Pertamina pernah menyatakan minat untuk terlibat dalam pengembangan proyek lapangan abadi yang terletak di Kepulauan Tanimbar, Maluku.

“Kalau Pertamina berminat, ya tentu saja dipersilakan open data, analisa, dan serahkan proposal. Kita juga tidak memaksa Shell untuk jual ke Pertamina,” kata Dwi Soetjipto seperti dikutip detik.com, dalam rapat kerja bersama Komisi VII DPR, Senin (24/8/2020).

“Jujur kami dulu pernah di Pertamina berminat untuk masuk ke Masela. Saya sendiri yang tanda tangan waktu itu bahwa kami berminat masuk ke Masela, tapi waktu itu dari Inpex nggak ada respons karena masih ribut dengan on shore dan off shore,” tambahnya.

Menurut Dwi, Pertamina harus menyampaikan minatnya untuk mengikuti tender divestasi 35% saham yang akan dilepas oleh Shell.

“Tapi kalau Pertamina diharapkan masuk, ya harus didorong untuk sampaikan ini, bukan penugasan yang terjadi tapi proses tender sebagai investor,” katanya.

Sebagai informasi, Shell Upstream Overseas Ltd cabut atau meninggalkan proyek pengembangan gas Lapangan Abadi di Blok Masela yang terletak di Kepulauan Tanimbar, Maluku. Proses pelepasan participating interest (PI) atau hak kelola Shell sebagai operator di Blok Masela sedang berlangsung.

Hal itu diungkapkan oleh Vice President Corporate Services Inpex, Henry Banjarnahor dalam rapat kerja bersama Komisi VII DPR RI, Senin (24/8/2020).

“Sebenarnya proses divestasi dalam kegiatan hulu migas itu suatu hal yang biasa, partner datang dan pergi. Mereka datang ke Inpex mengatakan mereka ingin divestasikan working interest-nya di Blok Masela,” katanya.

Henry mengatakan salah satu alasan Shell keluar dari proyek pengembangan di Blok Masela lantaran ingin mencari proyek investasi yang lebih menguntungkan di negara lain. Hal itu berbeda dengan Inpex yang masih berkomitmen pada proyek Masela (BB-DIP)