Ancaman “Pendekar Parpol” di Jalur DPD RI
Publik Maluku begitu larut dan terbawa arus opini dan topik terkait panggung Pilpres 2019. Ya, secara Nasional isu Pilpres dengan tampilnya kedua tokoh Nasional Jokowi Vs Prabowo, ditambah lagi kedua pendamping (cawapres) yang dipilih, memang cukup lezat dinikmati.
Suhu politik Nasional lagi panas membara dan merembet hingga ke pelosok daerah. Isu Pilpres laris manis di dunia maya, beragam ciutan silih berganti berhembus, sampai-sampai banyak yang terlewatkan soal dinamika politik lokal yang tak kalah menarik dan terjadi di Maluku.
Satu yang patut diintip di ranah politik lokal adalah tampilnya sejumlah politisi besutan parpol yang kini memilih “hijrah” dan tampil di jalur independen sebagai calon anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI 2019-2024 Daerah Pemilihan (Dapil) Maluku.
Siapa mereka? Saya mencatat dari sebanyak 31 figur bakal calon yang resmi mendaftar di Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) Maluku, ada tujuh nama politisi partai politik (Parpol) yang mengubah haluan politik mereka ke jalur terjal ini.
Mereka adalah, Bitzael Silvester Temmar, mantan politisi PDI Perjuangan yang juga mantan Bupati Maluku Tenggara Barat 2 periode, Mohamad Shufi Majid, Sekretaris DPW PKS Maluku dan juga mantan Anggota DPRD Provinsi Maluku, Lutfi Sanaky Politisi Partai Gerindra yang masih aktif sebagai Anggota DPRD Provinsi Maluku 2014-2019, Hermanus Hattu politisi Partai NasDem yang masih aktif sebagai Anggota DPRD Provinsi Maluku 2014-2019, Josep Sikteubun Politisi Partai PKPI, Freddy Latumahina Politisi senior Partai Golkar, dan Evert Herman Kermite Politisi PDI Perjuangan yang masih aktif sebagai Anggota DPRD Provinsi Maluku.
Entah apa yang membuat mereka lantas “banting setir” sebagai balon DPD RI, namun jelasnya nama-nama politisi parpol ini sudah resmi mendaftar dan siap bertarung di pemilu legislatif 2019 nanti.
Jika mau berspekulasi hanya ada dua alasan yang menjadi kemungkinan ketujuh “pendekar” ini memilih jalur terjal merebut kursi empuk DPD-RI. Yang pertama pilihan “naik kelas” dalam karir politik untuk memperjuangan aspirasi rakyat di level atas, dan yang kedua tentunya peluang pengembangan karir politik melalui jalur parpol yang tidak menjanjikan, menyusul kerasnya dinamika di internal parpol yang tidak berpihak.
Apapun alasan kehadiran para poltisi besutan parpol ini, sekiranya tidak penting untuk diperbincangkan. Lebih menarik dari hal itu bagaimana peluang dan trik politik yang akan dimainkan para “pendekar” ini pada pentas pemilihan anggota DPD RI mewakili Maluku mendatang. Medan laga yang dijejaki terbilang cukup besar. Selain itu dihadapan mereka ada empat calon incumbent yang kembali tampil mempertahankan posisi di kursi senator itu.
Akan makin seru, pertarungan politik di jalur terjal ini. Ada Anna Latuconsina, Nono Sampono, John Pieris, serta Novita Anakotta yang siap menghadang. Tapi 2019 tentunya berbeda dengan Pemilu 2014 silam. Tahun ini boleh dikata menjadi tahun pertarungan “hidup mati” para “pendekar” dan tentunya makin berat bagi keempat calon incumbent ini untuk mempertahankan kursi senator yang diduduki selama ini.
Selain lawan yang tampil makin berat, reputasi empat senator incumbent asal Maluku ini, belakangan banyak menuai tanya publik lokal. Ini soal image yang terbentuk, menyusul banyak agenda penting yang harus diperjuangkan untuk Maluku belum mendapat titik terang yang memuaskan.
Agenda provinsi kepulauan, lumbung ikan nasional (LIN) yang harus disematkan kepada Maluku, hanya menjadi “pemanis bibir”. Padahal, kedua mega agenda itu sangat diimpikan publik Maluku untuk membawa daerah ini keluar dari keterpurukan yang menahun. Apapun alasannya, image negatif ini sudah terbentuk, menyusul kabar kurang efektifnya, kolektifitas kinerja wakil Maluku di kursi senator priode ini yang ikut dihembuskan politis PKS Fahri Hamzah beberapa waktu lalu.
Tampilnya ketujuh politisi asal parpol ini, dapat dipastikan akan membawa tensi pertarungan makin meninggi. Gaya “tiki –taka” politik bakal mewarnai pertarungan perebutan kursi senator 2019 nanti. Apalagi ketujuh pendatang baru di jalur ini, bukan wajah baru. Bito, Lutfi, Evert, Sufhi, Yosef dan Herman itu ibarat eks pemain Timnas U-23 yang “naik kelas” ke Timnas Senior.
Mereka memiliki segudang pengalaman dan prestasi di jalur politik yang gemilang. Bito Temmar selain sebagai mantan Bupati MTB, juga sebagai mantan anggota DPRD Maluku selama 2 periode. Lutfi bahkan menjadi anggota DPRD Maluku selama 6 periode dan memiliki pengalaman tanding di dua pilkada di daerah berbeda di Maluku. Suhfi juga demikian, merupakan mantan anggota DPRD Maluku dan juga punya pengalaman tanding sebagai calon wabup di Pilkada SBB, Herman pun juga merupakan kader parpol yang menapak karir sebagai anggota DPRD Kota Ambon sampaik ke DPRD Maluku, begitu pula Yosef yang juga mantan anggota DPRD Maluku.
Selain politisi parpol, empat calon incumben anggota DPD RI periode 2014-2019, ada juga sejumlah nama yang akan tampil menjadi ancaman dalam pertarungan merebut kuota empat kursi DPD RI jatah Maluku itu. Seperti Miranti Dewaningsih, istri Abdulah Tuasikal Mantan Bupati Maluku Tengah 2 periode, Ongky Anakoda wartawan senior yang juga mantan Ketua PWI Maluku, Anthoni Hatane Pengacara handal Maluku, Barkah Pattimahu, Musyafi Rumadhan, Sedek Sangadji dan masih banyak lagi nama lainnya tetap akan menjadi ancaman menarik dalam perebutan kursi senator jatah daerah Maluku.
Pertarungan merebut kursi senator asal Maluku, sepertinya lebih menarik diamati, bahkan mungkin lebih dahsyat dari pertarungan merebut kursi DPR-RI yang diincar sejumlah parpol di daerah ini. Seperti apa hasilnya, baiknya kita tunggu saja. Pastinya pilihan rakyat Maluku cukup cerdas, karena kita menginginkan yang terbaik yang bisa berbuat demi kemajuan Maluku. Apalagi peran dan fungsi DPD RI yang terus diperluas, semoga akan membuka harapan baru bagi Maluku di masa mendatang. ***