Cerita Ontje Grace, OTG Covid-19 di Ambon yang Sembuh
BERITABETA.COM, Ambon –Wabah Covid-19 telah menyebar ke lebih dari 200 negara. Tes secara masif gencar dilakukan di berbagai daerah di Indonesia. Tidak hanya itu, pemerintah juga menaruh perhatian pada banyaknya kasus Corona tanpa gejala.
Kasus OTG atau orang tanpa gejala menjadi perhatian khusus, karena bisa menjadi carrier yang tidak terdeteksi. Hanya saja, ada golongan tertentu yang mempunyai risiko lebih tinggi untuk terpapar. Misalnya, orang yang melakukan kontak dekat dengan pasien positif seperti tenaga kesehatan.
Hal seperti inilah yang menimpa seorang Pegawai Kantor UPTD Balai Pertanian Maluku. Adalah Ontje Grace Taberima. Awal Oktober 2020 lalu, perempuan 36 tahun ini, divonis terpapar Covid-19 dari hasil swab test massal yang dilakukan di lingkup Pemerintah Provinsi (Pemprov) Maluku.
Sontak saja, apa yang dialaminya membuatnya terpukul. Di kawasan Kayu Tiga, Negeri Soya, Kecamatan Sirimau, Kota Ambon, Ontje Grace hanya bisa berdiam diri di rumahnya, setalah harapannya untuk bersih dari Covid-19 terwujud.
“Saya baru saja sembuh dari Covid-19, setelah kembali menjalani swab test di RS Silohan,” ungkapnya mengakui kondisinya saat dihubungi beritabeta.com via telpon seluernya, Jumat (30/10/2020).
Ia baru saja menjalani isolasi mandiri. Meski hasil swabnya sudah dinyatakan negatif. Ontje memberi pesan penyemangat bagi pasien positif lain yang masih terkulai.
Kondisi Ontje terus membaik sejak pertama kali dinyatakan positif Corona. Dia menceritakan kronologis saat dinyatakan positif Corona. Ontje merupakan salah satu PNS yang dinyatakan positif terpapar Covid-19 dengan status OTG.
“Kebetulan saya bekerja di Balai Benih PPSB, Dinas Pertanian Maluku. Karena kebijakan pemerintah daerah mewajibkan kami harus mengikuti swab test, saya pun ikut swab test yang dilakukan secara massal pada tanggal 25 September 2020,” ungkapnya.
Saat hasil swabnya dikeluarkan pada tanggal 3 Oktober 2020, Ontje mengaku tidak percaya dengan hasil tersebut, karena kondisinya dalam keadaan bugar.
Ontje mengaku, dirinya mengetahui hasil swab testnya dari kantor tempatnya bekerja melalui pesan WhatsApp yang dikirim ke Kepala Kepegawaian di kantornya.
“Saya kaget, ketika diberitahu saya positif. Setelah mendengar hasil itu, saya kemudian berkonsultasi kepada kaka saya yang kebutulan seorang dokter. Pada hasil swab itu tertera angka Cycle Threshold (CT) atau nilai dari PCR saya sebesar 40,71. Angka ini menurut kaka saya cukup tinggi, dan saya pun diminta untuk karantina mandiri,” bebernya.
CT sendiri merupakan nilai dari tes PCR. Semakin tinggi angkanya semakin kecil kemungkinan penularan virus. Dari saran ini, Ontje kemudian meminta surat izin jalan dari dokter agar bisa jadi pegangan untuk pulang ke rumah.
Menurut dokter, kata Ontje dirinya berstatus OTG dan dikasih obat dari dokter di Rumah Sakit Siloam. Ada tiga macam obat yang dikasih untuk terapi jalan di rumah.
Selain itu, ada kontrol dari rumah yang dilakukan Puskesmas dengan cara tracing. Namun, dirinya mengaku, obat yang dikasih dokter sama sekali tidak berpengaruh, mungkin tidak cocok.
“Taka da reaksi apa-apa. Saya juga merasa dalam kondisi bugar. Mungkin obatnya tidak cocok dengan tubuh saya,” tandasnya.
Ontje menuturkan, ia akhirnya mengkonsumis obat yang diberikan mamanya, namanya infinycal dan khasiatnya memang bermanfaat.
Setelah menjalani proses karantina, ia pun kembali ke RS Siloam pada Selasa, 20 Oktober 2020. Ia meminta untuk kembali di-swab dan hasilnya dapat diperoleh secara langsung. Langkah ini ia tempuh mendahului jadwal yang akan dilakukan oleh kantornya.
“Saya mau hasilnya saya tahu makanya saya langsung ikut swab test lagi ke RS Siloam. Tes ini saya lakukan setidaknya saya tahu sendiri hasilnya. Daripada harus tunggu lagi tes dari kantor dan hasilnya kita tidak lihat,” tandasnya.
Setelah melakukan swab yang kedua, Ontje mengaku hasilnya negatif. Saat mengambil hasil swab-nya petugas di RS Siloam sempat bertanya kepada dirinya, sudah swab test berapa kali. Ia menjawab kedua kali.
“Saya bilang ini hasil swab kedua, karena pertama itu hasilnya positif dengan nilai 40,71. Tapi saya masih bingung karena tidak ada penjelasan berapa nilai standar bagi seseorang yang disebut negatif atau positif,” bebernya.
Ontje berkesimpulan, Covid-19 yang menyebar di Maluku saat ini dapat dikendalikan bila protocol kesehatan benar-benar dilakukan.
“Dari proses yang saya jalani selama divonis positif hingga melakukan karantina mandiri di rumah, penyebaran Covid-19 di Maluku ini belum terlalu terlihat parah, seperti di daerah lain. Pesan saya kepada masyarakat agar mengikuti protokol kesehatan dan setidaknya Covid-19 ini harus berkurang. Semoga kita semua bisa menjadi lebih baik dan dalam lindungan Tuhan,” tutupnya (*)