BERITABETA.COM, Ambon – Duduk bersenda gurau mengenang masa-masa lalu, One Sahetapy (79) sepertinya baru saja menemukan apa yang dirindukan selama ini.

Tengah malam pukul 10.00 Wit, warga Negeri Iha Mahu, Kecamatan Saparua Timur, Kabupaten Maluku Tengah,  ini masih setia  berada di bangunan Rumah Singgah yang baru saja rampung itu.

Tete (kakek) One begitu biasa disapa oleh warga setempat.  Dia memboyong sang istri Norce Kipuw/ Sahatapi mengujungi keluarga yang sudah lama terpisah.

Di Rumah Singgah itu, Tete One bersama Oma Norce duduk ditemani kawan lama Hasan Haulussy (70). Mereka terlihat akrab mengenang masa-masa lalu dan berkisah  tentang hidup berdampingan serta saling menyayangi satu sama lain.

Kedatangan Tete One bukan baru pertama kali, malam itu wartawan beritabeta.com menangkap pertemuan kecil Tete One dengan Bapa Acang, dua sahabat lama yang baru bertemu di Rumah Singgah Negeri Iha.

Sebuah foto berhasil dikirim oleh Nasto Haulussy, remaja Negeri Iha yang rutin ikut pulang membangun Rumah Singgah di Negeri Iha, Kecamatan Saparua Timur.

“Nasto ini sapa yang duduk di teras Rumah Singgah?” tanya wartawan beritabeta.com via pesan WhatsApp, Senin (18/2/2019) malam.

Tak lama kemudian Nasto membalas, “Om, itu Tete One orang Iha Mahu, antua (beliau) setiap hari ada disini, bersama kami. Dan sering datang pagi hingga malam. Dan yang disamping Tete One adalah istrinya,” tulis Nasto.

Dihubungi wartawan beritabeta.com Tete One kemudian menceritakan ikhawal kedatangannya ke Rumah Singgah. “ Nyonge, beta tiap hari datang kesini lihat basudara Iha yang ada bangun Rumah Singgah,” ucapnya melalui saluran telepon seluler.

Tete One lalu bercerita tentang hubungan warga Negeri Iha Mahu dan Iha yang tak lain berasal dari satu moyang (datuk). Menurutnya, sejak warga Iha terpisah akibat konflik komunal yang terjadi belasan tahun silam, dirinya dan sejumlah warga Negeri Iha Mahu seakan merasakan kehilangan sesuatu yang sulit diucapkan.

“Kami ini sudara hanya dibedakan dengan negeri (desa), tapi kami satu. Dan sudah ratusan tahun hidup berdampingan, bagaimana kami merasakan kehilangan saudara kami adalah hal yang tidak gampang. Sekarang mereka mau kembali saya dan warga lainnya selaku sudara sangat mendukung rencana itu,” ungkapnya dengan dialeg Saparua yang kental.

Tete One mengungkapkan, sejak pembangunan Rumah Singgah ini dilakukan, sejumlah warga di Negeri Iha Mahu selalu ingin datang untuk membantu. Bahkan warga Negeri Iha Mahu merasa kedatangan saudaranya warga Iha merupakan pilihan yang tepat.

“Kami tahu mereka pasti kembali, karena disini nenek moyang kami berasal, dan kembali kesini adalah pilihan yang tepat,” tandasnya.

Saat ini, warga Negeri Iha Mahu sudah bulat tekad untuk menjemput dan menjaga saudaranya yang akan pulang ke Iha, beberapa kali rencana kedatangan itu menjadi pembicaraan warga, dan semua mendukung.

“Beta (saya) yang sering datang berkunjung, karena rumah beta hanya berjarak puluhan meter tepatnya di pelabuhan speed boat. Sedangkan lainnya juga merasakan hal yang sama, cuman saat ini mereka belum berkunjung. Ada yang sibuk bekerja, ada pula yang mau  menunggu semua basudara datang dan berdiam disini baru dikunjungi,”tutur Tete One.

Diujung percakapan dengan Tete One, dia sempat menitipkan pesan bahwa hidup bertetangga  dengan saudara adalah hal yang paling indah. Sebab, Negeri Iha dan Iha Mahu dulunya berasal dari satu sumber. “Kami telah berencana untuk membersihkan kampung Iha, semua akan terlibat, tapi mungkin waktunya belum ditentukan,” ujar bapak lima anak ini.

Saling Membantu Orang Sudara

Cerita Tete One warga Negeri Iha Mahu, bukanlah satu-satunya cerita tentang kerinduan warga negeri tetangga berbeda agama yang mendukung rencana pulangnya warga Iha ke tanah leluhur di Kecamatan Saparua Timur. Sabtu (16/2/2019) kisah serupa juga terjadi di Negeri Iha.  Sebanyak 17 orang warga Negeri Ullath, juga melakukan hal serupa. Belasan warga Ullath itu datang berbondong-bondong diperintah sang Raja untuk membantu warga Iha menyelesaikan pembangun Rumah Singgah di Negeri Iha.

“Ada sebanyak 17 orang dengan kendaraan roda dua dan tiga, mereka dari Ullath dan terlibat membantu kami mengerjakan beberapa bagian bangunan Rumah Singgah yang belum selesai,” ungkap Hasan Haulussy.

Dukungan untuk kembalinya warga Negeri Iha ke tanah leluhur, sejak awal sudah dilakukan oleh warga di negeri-negeri tetangga. Sejumlah raja yang tergabung dalam forum Latupati juga ikut memberi dukungan moril dan juga material agar pembangunan  Rumah Singgah yang digagas dan rencana kepulangan warga Iha cepat terpenuhi.

“Pada prinsipnya kami tetap mendukung penuh, rencana pembangunan Rumah Singgah yang digagas saudara kami warga Iha dan juga rencana kembalinya mereka di tanah leluhur ini. Sebab, Saparua tanpa Negeri Iha, tetap bukanlah Saparua. Iha adalah bagian yang tak mungkin dipisahkan dari Saparua, maka komitmen kami dari Latupati adalah mewujudkan rencana basudara dari Negeri Iha untuk kembali hidup berdampingan disini,” ungkap Ketua Latupati Saparua S. Sasabone (dhino pattisahusiwa)