BERITABETA.COM, Ambon –Saparua banyak dinarasikan dalam jejak sejarah masa lampau yang kemilau. Iha menjadi satu diantara negeri adat  yang dikenal  sebagai ikon kerajaan Islam, sehingga tanpa Negeri Iha, Saparua yang berasal dari kata Sapano Rua itu seakan hilang pamor historinya.

Warga Iha harus kembali ke tanah leluhur, karena simbol sejarah Saparua itu salah satunya Negeri Iha, sehingga apa yang sudah dilakukan saat ini oleh warga Negeri Iha dengan membangun Rumah Singgah, patut disuport sebagai bentuk keprihatian anak adat.

Demikian disampaikan Anggota DPRD Provinsi Maluku Habiba Pelu melalaui telepon selularnya,  usai melakukan kunjungan ke Negeri Iha, Kecamatan Saparua Timur, Kabupaten Maluku Tengah, Sabtu (26/1/2019).

Biba yang kini tampil sebagai Caleg DPRI dari PKB itu melakukan kunjungan langsung ke lokasi Negeri Iha, untuk bersilaturahim bersama warga Iha yang tengah membangun Rumah Singgah.

Habiba Pelu pose bersama warga Iha di bangunan Rumah Singgah yang dibangun warga Negeri Iha.

“Saya merasa bangga ada harapan basudara di Iha untuk kembali ke tanah leluhur mereka. Iha jangan sampai dilupakan, karena Iha adalah ikon sejarah masa lampau,” ungkapnya.

Srikandi PKB Maluku yang tampil dengan slogan ‘Membangun Maluku dari desa’ ini, ikut berbincang-bincang dengan sejumlah warga di tenda-tenda yang disiapkan warga dan sempat mengabadikan berbagai momen penting itu.

Menurutnya, nama Iha adalah identitas dari Pulau Saparua. Sebelum  bangsa kolonial Portugis dan Belanda masuk ke Saparua, Negeri Iha menjadi pusat dari sebuah kerajaan Islam yang berada di jazirah hatawano atau  tepatnya  pada sebuah bukit karang di atas puncak yang dikenal dengan  Ama Iha Ulupalu.

“Saya kira upaya yang kini ditempuh warga Negeri Iha harus disuport dengan nawaitu yang positif, karena itu semua dilakukan sebagai upaya peduli akan tanah leluhur dan juga untuk mempertahankan identitas Saparua yang kita kenang selama ini,”bebernya.

Sebagai bagian dari anak adat Saparua, kata Biba, tentunya tidak ada alasan semua basudara di tanah Saparua untuk tidak menerima saudaranya kembali pulang ke tanah asal. Dan ekspresi atas semua itu, sudah dilakukan bersama semua negeri adat di Saparua belum lama ini.

Biba juga berkeninan kedepan jika nantinya diberikan kesempatan untuk kembali menjadi wakil rakyat dari Maluku, dirinya akan memperjuangkan Negeri Iha sebagai sebuah negeri dengan simbol kekuatan harmonisnya kehiduapan kerukunan beragama di Maluku, khususnya Saparua.

Paling tidak, ada banyak hal yang harus dilakukan. Di negeri Iha ini selain sebagai pusat kerajaan, ada pula  keunikan pusat industri kerajinan pandai besi yang sejak turun temurun diwariskan para leluhur sejak dulu.

“Keunggulan-keunggulan inilah harus didorong kembali untuk menjadikan Iha sebagai ikon sejarah di Pulau Saparua pada masa akan datang,”tandasnya.

Selain mengunjungi Negeri Iha, Biba juga melakukan kunjungan serupa di beberapa negeri dalam rangka silaturahim dengan warga. Dia berharap dengan berbagai kunjungan yang dilakukan di sejumlah negeri adat di Maluku selama ini, akan banyak melahirkan ide dan gagasan sebagai inspirasi untuk dijadikan sebagai  bekal kedepan membangun Maluku dari kekuatan negeri/desa adat yang ada.

“Kita memiliki negeri-negeri adat yang kuat tradisinya, kuat budayanya, tentu ini menjadi modal besar dalam membangun Maluku di masa mendatang. Dan Negeri Iha  adalah satu dari sekian negeri yang sekiranya wajib disuport untuk kembali  dihuni oleh warganya,”tandas Biba. (BB-DIO)