Denyut Nadi Kemenangan
Secara urutan asbabun nuzul, surat Al- Alaq adalah urutan pertama. Lima ayat surah inipun dimulai dengan menyebut nama Tuhan yang menciptakan. Lisan Allah ini pertama kali diperdengarkan kepada manusia paling mulia, Rasulullah Muhammad SAW, oleh pemimpin para malaikat, Jibril as. untuk menyelesaikan kejahiliyahan di muka bumi.
Waktu itu, tak ada lagi yang mengenal Allah sesungguhnya. Hanya tersisa segelintir orang – orang ahlul kitab yang masih lurus. Tuhan diartikan sangat sederhana. Sungguh ! Gelap sedang memenuhi bumi saat itu. Namun fitrah menyembah tak bisa lenyap, maka dibuatkan berhala – berhala untuk disujudi.
Di tengah padang pasir itu, Allah pilihkan tempat yang tak dilirik, terjepit diantara dua imperium, berisi manusia – manusia yang tak dianggap oleh dunia. Dengan sabar dan cintanya, Rasulullah SAW mendidik para sahabat – sahabatnya.
Coba tanyakan kepada Rasulullah kita, apakah beliau mengajak para sahabat belajar tentang kemajuan teknologi, ekonomi, kemiliteran dan politik negeri negeri itu, ataukah dimulai dengan pahami ayat ayat Allah ?
Lembaran – lembaran sejarah telah bercerita, kehebatan para sahabat meruntuhkan hegemoni dua raksasa dunia Persia dan Romawi. Mereka menjelma menjadi manusia – manusia tangguh. Kekuatan fisik dan kehebatan daya pikir mereka di tulis dengan tinta – tinta emas di sepanjang perjalanan sejarah Islam.
Dibawah kepemimpinan Baginda Nabi SAW, ekonomi negara maju pesat, menggulung pasar – pasar Yahudi. Pasar mereka bermandikan utang yang dililit riba.
Islam satu satunya agama yang mampu musnahkan riba dengan iman. Mereka memberi ruang waktu bagi saudaranya untuk membayar. Jika tak mampu, mereka ikhlaskan terhitung pahala sedekah.
Pernahkah kita mendengar ada seorang muslim jatuh bangkrut karena sedekah ?
Sejumlah sahabat yang memberi pinjaman ini justeru Allah limpahkan harta bergunung – gunung.
Ada Abdurrahman bin Awf, Zubair bin Awwam, Sa’ad bin abi Waqqash dan nama nama sahabat lain. Bersama, mereka menjadi tameng negara dalam masalah ekonomi.
Ketika ada ” bank ” yang merugi, negara tak akan dibebankan atas kerugian itu. Mereka menyuntikkan dana segar tanpa embel – embel bunga – bunga pembawa petaka.
Jauh sebelum Adam Smith dengan teori ekonomi modernnya, Islam telah memiliki sistem ekonomi mengagumkan yang tak lekang dimakan zaman. Sudah dibuktikan keunggulannya sejak 14 abad lalu di era Rasulullah dan kejayaan kekhalifahan Islam.
Ekonomi syariah begitu ilmuwan muslim menamakannya. Dijamin tak akan menjerat leher leher kaum muslimin maupun seluruh manusia di muka bumi, sebab ada cinta dan iman yang diunggulkan di sana.
Pendidikan Rasulullah adalah pendidikan yang langsung menyatukan antara intelektualisme dan militerisme, sehingga melahirkan ulama ulama cerdas, ilmuwan – ilmuwan genius sekaligus jenderal – jenderal tangguh.
Usamah bin Zayd, seorang anak muda 18 tahun, dipercaya Rasulullah menjadi panglima perang termuda, membawa pasukan ke perbatasan wilayah Syam, pulang membawa panji panji kemenangan. Kedigdayaan pasukan Romawi itu, takluk di tangan anak muda ini.
Dari orang – orang yang tak dianggap ini, mereka membesar menjadi masyarakat berkualitas, pencinta baca dan tulis. Keajaiban tulisan tulisan mereka membentuk sejarah Islam dengan lengkap. Tak ada missing link seperti teori Darwin.
Mereka mengajari bagaimana amanah berilmu, sebabnya ketika menuliskan hadits Nabi, atau ilmu apa saja, akan selalu disertakan sumber ilmu tersebut. Mereka telah memantaskan diri sebagai generasi pilihan Allah, memimpin gelapnya bumi dengan cahaya Islam.