Naskah Publikasi). Soetjiningsih (2007) mengungkapkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku hubungan seksual pertama pada remaja yaitu waktu/saat mengalami pubertas, sekedar menunjukkan kegagahan dan kemampuan fisiknya, terjadi peningkatan rangsangan seksual akibat peningkatan kadar hormone reproduksi dan seksual, rasa penasaran dan ingin tahu dari remaja.

Kurangnya pengetahuan remaja terkait dampak seks pranikah, kontrol sosial yang kurang tepat (terlalu ketat atau terlalu longgar), kurangnya kontrol dari orang tua, remaja tidak tahu batas-batas mana yang boleh dan yang tidak boleh.

Frekuensi pertemuan dengan pacarnya, hubungan antar mereka semakin romantis, adanya keinginan untuk menunjukkan cinta pada pacarnya, penerimaan aktivitas seksual pacarnya; status ekonomi, kondisi keluarga yang tidak memungkinkan untuk mendidik anak-anak untuk memasuki masa remaja dengan baik.

Korban pelecehan seksual; tekanan dari teman sebaya, penggunaan obat-obat terlarang dan alkohol, merasa saatnya untuk melakukan aktivitas seksual sebab sudah merasa matang secara fisik.

3 dorongan seksual remaja yang tinggi karena didorong oleh lingkungan pergaulan remaja yang mulai permisif (suka memperbolehkan/mengizinkan) dan nyaris tanpa batas.

Faktor lingkungan yang sangat berpengaruh terhadap perilaku reproduksi remaja diantaranya adalah faktor keluarga. Remaja yang melakukan hubungan seksual sebelum menikah banyak diantara berasal dari keluarga yang bercerai atau pernah cerai, keluarga dengan banyak konflik dan perpecahan (Kinnaird, 2003).

Hubungan orang-tua yang harmonis akan menumbuhkan kehidupan emosional yang optimal terhadap perkembangan kepribadian anak sebaliknya. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seksual pranikah pada remaja paling tinggi hubungan antara orang tua dengan remaja, diikuti karena tekanan teman sebaya, religiusitas, dan eksposur media pornografi (Soetjiningsih, 2006).

Beberapa faktor lain yang mempengaruhi perilaku seksual pada remaja adalah perubahan hormonal, penundaan usia perkawinan, penyebaran informasi melalui media massa, tabu-larangan, norma-norma di masyarakat, serta pergaulan yang makin bebas antara laki-laki dan perempuan (Sarwono, 2003).

Cara yang bisa diterapkan untuk mencegah perilaku seks pranikah pada remaja adalah dengan menerapkan 8 fungsi keluarga, yaitu: fungsi agama, fungsi sosial budaya, fungsi cinta kasih, fungsi perlindungan, fungsi reproduksi, fungsi sosialisasi pendidikan, fungsi ekonomi, dan fungsi pembinaan lingkungan.

Pengawasan orang tua yang perlu dan intensif terhadap media komunikasi yang digunakan anak. Di zaman globalisasi seperti saat ini, komunikasi berkembang pesat tanpa adanya monitor dan pengawasan, sehingga orang tua lah yang wajib mengawasi media yang digunakan anak.

Hal ini dilakukan agar remaja yang cenderung mengimitasi figur yang dilihatnya terkontrol dengan baik. Menyarankan anak untuk mengikuti kegiatan positif di luar sekolah.

Kegiatan positif di luar sekolah akan membuat anak sibuk dan mengalihkan segenap perhatian mereka pada kegiatan tersebut dan memperkecil kemungkinan mereka untuk berperilaku menyimpang, terutama seks bebas.