Oleh : Irma Fitri Setyawati, S.Kom.I (Calon Penyuluh KB Ahli Pertama BKKBN Maluku)

PENGERTIAN remaja dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 25 tahun 2014 adalah penduduk dalam rentang usia 10-18 tahun (Peraturan Menteri Kesehatan No 25 Tahun 2014). Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) menyebutkan bahwa rentang usia remaja adalah 10-24 tahun dan belum menikah.

Masa remaja merupakan periode terjadinya pertumbuhan dan perkembangan yang pesat baik secara fisik, psikologis maupun intelektual (BKKBN. Kurikulum Diklat Teknis Pengelolaan PIK Remaja/Mahasiswa Bagi Pengelola, Pendidik Sebaya, dan Konselor Sebaya PIK- R/M. Jakarta: BKKBN, 2013).

Perilaku dari segi biologis berarti suatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Perilaku manusia yaitu tindakan atau aktivitas manusia yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain: berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya.

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia yang dapat diamati langsung maupun tidak dapat diamati langsung oleh pihak luar (BKKBN. Kurikulum Diklat Teknis Pengelolaan PIK Remaja/Mahasiswa Bagi Pengelola, Pendidik Sebaya, dan Konselor Sebaya PIK-R/M. Jakarta: BKKBN, 2013).

Perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang didorong oleh Hasrat seksual dengan lawan jenis. Bentuk perilaku seksual ini bermacam-macam dari perasaan tertarik sampai tingkah laku berkencan, bercumbu, dan bersenggama atau melakukan hubungan seks.

Perilaku seksual merupakan akibat langsung dari pertumbuhan hormon dan kelenjar seks yang menimbulkan dorongan seksual pada seseorang yang mencapai kematangan pada masa remaja awal yang ditandai adanya perubahan fisik. (Bulahari,dkk. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan 2 Remaja Tentang Kesehatan Reproduksi. Naskah Publikasi. Jurnal Ilmiah Bidan Vol3 No 2. Manado: Poltekkes Kemenkes Manado, Jurusan Kebidanan, 2015).

Masland P Robert dan David Estridge dalam Irwati Imran (Perkembangan Seksualitas Remaja) mengemukakan bahwa tahapan perilaku seksual meliputi: French kiss (cium bibir), Hickey adalah merasakan kenikmatan untuk menghisap atau menggigit dengan gemas pasangan, Necking (mencium wajah dan leher), Petting termasuk merasakan dan mengusap-usap tubuh pasangan, termasuk lengan, dada, buah dada, kaki, dan kadang daerah kemaluan (di luar atau di dalam pakaian).

Hubungan intim adalah bersatunya dua orang secara seksual, yang dilakukan setelah pasangan pria dan wanita menikah. Sedangkan Nuss dan Luckey dalam Sarlito Wirawan Sarwono dan Duvall, E.M & Miller, B.C berpendapat bahwa perilaku seksual meliputi pelukan dan pegangan tangan (Touching), berciuman (Kissing), meraba payudara, menyentuh atau meraba daerah erotis dari tubuh pasangan biasanya meningkat dari meraba ringan sampai meraba alat kelamin (Petiing), hubungan seks (Sexual Intercourse) (Bulahari, dkk. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan Remaja Tentang Kesehatan Reproduksi.

Naskah Publikasi). Soetjiningsih (2007) mengungkapkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku hubungan seksual pertama pada remaja yaitu waktu/saat mengalami pubertas, sekedar menunjukkan kegagahan dan kemampuan fisiknya, terjadi peningkatan rangsangan seksual akibat peningkatan kadar hormone reproduksi dan seksual, rasa penasaran dan ingin tahu dari remaja.

Kurangnya pengetahuan remaja terkait dampak seks pranikah, kontrol sosial yang kurang tepat (terlalu ketat atau terlalu longgar), kurangnya kontrol dari orang tua, remaja tidak tahu batas-batas mana yang boleh dan yang tidak boleh.

Frekuensi pertemuan dengan pacarnya, hubungan antar mereka semakin romantis, adanya keinginan untuk menunjukkan cinta pada pacarnya, penerimaan aktivitas seksual pacarnya; status ekonomi, kondisi keluarga yang tidak memungkinkan untuk mendidik anak-anak untuk memasuki masa remaja dengan baik.

Korban pelecehan seksual; tekanan dari teman sebaya, penggunaan obat-obat terlarang dan alkohol, merasa saatnya untuk melakukan aktivitas seksual sebab sudah merasa matang secara fisik.

3 dorongan seksual remaja yang tinggi karena didorong oleh lingkungan pergaulan remaja yang mulai permisif (suka memperbolehkan/mengizinkan) dan nyaris tanpa batas.

Faktor lingkungan yang sangat berpengaruh terhadap perilaku reproduksi remaja diantaranya adalah faktor keluarga. Remaja yang melakukan hubungan seksual sebelum menikah banyak diantara berasal dari keluarga yang bercerai atau pernah cerai, keluarga dengan banyak konflik dan perpecahan (Kinnaird, 2003).

Hubungan orang-tua yang harmonis akan menumbuhkan kehidupan emosional yang optimal terhadap perkembangan kepribadian anak sebaliknya. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seksual pranikah pada remaja paling tinggi hubungan antara orang tua dengan remaja, diikuti karena tekanan teman sebaya, religiusitas, dan eksposur media pornografi (Soetjiningsih, 2006).

Beberapa faktor lain yang mempengaruhi perilaku seksual pada remaja adalah perubahan hormonal, penundaan usia perkawinan, penyebaran informasi melalui media massa, tabu-larangan, norma-norma di masyarakat, serta pergaulan yang makin bebas antara laki-laki dan perempuan (Sarwono, 2003).

Cara yang bisa diterapkan untuk mencegah perilaku seks pranikah pada remaja adalah dengan menerapkan 8 fungsi keluarga, yaitu: fungsi agama, fungsi sosial budaya, fungsi cinta kasih, fungsi perlindungan, fungsi reproduksi, fungsi sosialisasi pendidikan, fungsi ekonomi, dan fungsi pembinaan lingkungan.

Pengawasan orang tua yang perlu dan intensif terhadap media komunikasi yang digunakan anak. Di zaman globalisasi seperti saat ini, komunikasi berkembang pesat tanpa adanya monitor dan pengawasan, sehingga orang tua lah yang wajib mengawasi media yang digunakan anak.

Hal ini dilakukan agar remaja yang cenderung mengimitasi figur yang dilihatnya terkontrol dengan baik. Menyarankan anak untuk mengikuti kegiatan positif di luar sekolah.

Kegiatan positif di luar sekolah akan membuat anak sibuk dan mengalihkan segenap perhatian mereka pada kegiatan tersebut dan memperkecil kemungkinan mereka untuk berperilaku menyimpang, terutama seks bebas.

Peningkatan kualitas remaja dengan pemberian akses informasi, pendidikan, konseling, dan pelayanan tentang kehidupan berkeluarga. Dalam melaksanakan peningkatan kualitas remaja dengan pemberian

4 akses informasi, pendidikan, konseling, dan pelayanan tentang kehidupan berkeluarga, BKKBN melaksanakan pembinaan melalui jalur Pendidikan dengan melaksanakan pembinaan melalui Pusat Informasi dan Konseling Remaja/Mahasiswa (PIK-R/M) dan melaksanakan program GenRe untuk remaja dan Bina Keluarga Remaja untuk para orang tua yang memiliki anak usia remaja.

Referensi: Peraturan Menteri Kesehatan RI No 25 Tahun 2014. Upaya Kesehatan Anak. Jakarta: Menteri Kesehatan RI, 2014. BKKBN. Kurikulum Diklat Teknis Pengelolaan PIK Remaja/ Mahasiswa Bagi Pengelola, Pendidik Sebaya, dan Konselor Sebaya PIK- R/M. Jakarta: BKKBN, 2013. Notoatmojo, Soekidjo. 2014. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan Edisi Revisi 2014. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Bulahari, Susanti N., Hermien B Korah., Anita Lontaan. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan Remaja Tentang Kesehatan Reproduksi. Naskah Publikasi. Jurnal Ilmiah Bidan Vol 3 No 2. Manado: Poltekes Kemenkes Manado, Jurusan Kebidanan, 2015. Irwati Imran. Perkembangan Seksualitas Remaja. Jakarta: PKBI-UNFPF, 1996. (*)