BERITABETA.COM, Ambon – Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mencatat gempa mengguncang wilayah Maluku Tenggara Barat (MTB) pada Rabu (6/5/2020) malam.

Dikutip dari Twitter @infoBMKG,  gempa berkekuatan M 7,3 mengguncang Maluku pukul 20: 53: 75 WIB. Berdasarkan titik koordinatnya, gempa terjadi pada6.96 Lintang Selatan (LS) dan 140,04 Bujur Timur (BT).

Pusat gempa berada di laut tepatnya yakni di Laut Banda. Gempa ini tidak berpotensi tsunami.

Menanggapi rilis BMKG ini, Peneliti dari Pusat Penelitian Geoteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Dr. Nugroho Dwi Hananto kepada beritabeta.com, Kamis dini hari (7/5/2020) mengatakan, gempa kuat ini terjadi dalam pada kedalaman 133 km dibawah permukaan bumi.

Menurutnya, berdasarkan rekaman data gempa BMKG dan beberapa institusi yang melakukan observasi data seismologi global, gempa ini boleh jadi disebabkan oleh proses tumbukan antara lempeng benua Australia dengan lempeng Laut Banda tepatnya di Banda Slab.

Ia menjelaskan, meskipun gempa ini terasa kuat di beberapa lokasi sekitar Saumlaki, Tual dan di pulau-pulau Maluku lainnya, namun tidak berpotensi menimbulkan tsunami, karena energinya tidak cukup kuat untuk menghasilkan deformasi vertikal di dasar laut.

“Laut Banda dilandasi oleh pola zona subduksi yang sangat unik dan tidak ada duanya di dunia. Dimana zona ini nampak melengkung kearah barat dalam radius yang sempit (sekitar 300 km saja), seperti dapa dilihat dari sebaran pulau-pulau kecil di sekelilingnya,” kata Nugroho.

Berdasarkan morfologi dasar lautnya dapat diamati adanya Busur Banda bagian dalam dan Busur Banda bagian luar. Diantara kedua busur tersebut terdapat daerah laut sangat dalam yang dinamakan dengan Weber Deep.  Kedalaman terdalam Weber Deep ini mencapai sekitar 7 700 m di bawah permukaan laut.

Ia menjelaskan, gempa-gempa di lokasi serupa dengan gempa ini tidak berpotensi menimbulkan tsunami. Lantas darimana datangnya tsunami masa lampau yang pernah melanda Maluku sebelumnya?

Terkait pertanyaan ini, kata Nugroho, telah dijelaskan sekelompok peneliti dari Indonesia dan Australia baru-baru ini.  Dalam satu artikel ilmiah yang terbit di Jurnal Nature Geoscience menyimpulkan tsunami di Maluku di masa lampau dipicu oleh gempa dangkal bertipe sesar normal yang terjadi dalam struktur yang dinamakan dengan Banda Detachment yang terdapat di Busur Banda bagian dalam.

“Kejadian ini patut menjadi perhatian kita bersama agar kita tidak panik dalam menghadapi bencana gempa ini, namun harus senantiasa meningkatkan kewaspadaan akan bahaya yang mungkin timbul akibat adanya gempa,” pintanya.

Nugroho yang juga menjabat Kepala Pusat Penelitian Laut Dalam  (PPLD) LIPI Ambon ini juga mengajak semua masyarakat di Maluku untuk selalu belajar dan menambah pengetahuan tentang bumi dan laut.

“Mari belajar tentang bumi dan laut  agar kita dapat berdamai dan hidup serasi dengan Maluku kita ini,” tandasnya (BB-DIO)