Pagi dan sore adalah waktu yang tepat untuk menyadap air nira, karena jika terlambat menyadap air nira akan berubah mennjadi asam cuka dan tuak. Pada pagi hari biasa jauh sebelum matahari bersinar & sore hari sebelum matahari terbenam.

Pohon aren aren mulai bisa disadap pada usia 5 tahun dan puncak produksi antara 10-20 tahun dan subur, bisa menghasilkan 15-20 liter nira aren tiap hari. Bagian pohon aren yang disadap adalah tangkai bunga jantan.

Kucuran air nira ini ditampung dalam bambu atau ember yang sudah dimodifikasi untuk menampung air nira. Setelah proses pengembilan air nira dari beberapa pohon aren, dan dikumpulkan ke walang tempat memasak, maka proses pembuatan gula Saparua siap dibuat.

Sebelum memproduksi masuk tahap memasak dan mencetak, terlebih dahulu harus mempersiapkan peralatan-peralatan dan bahan-bahan yang nantinya akan dipakai untuk membuat gula aren.

Pertama yang harus dilakukan adalah menyiram air nira ke dalam wajan yang telah disediakan di atas tungku pembakaran. Biasanya air nira ini disaring agar kotoran yang ada tidak ikut masuk bersama air nira ke dalam wajan.

Hal ini dilakukan untuk mencegah gula aren tidak kotor. Setelah air nira dimasukan ke dalam wajan, kayu bakar yang telah disiapkan dimasukan ke dalam api untuk memperbesar nyala api.

Nyala api yang dihasilkan harus merata dan terus menerus sehingga memasaknya dapat cepat. proses pengadukan harus terus dilakukan agar pengentalan dapat merata.

Setelah semengka bahan gula merah itu dikasih santan kelapa agar cepat mengental. Sementara proses memasak, batok kelapa yang dipakai untuk menaruh gula aren disiapkan. Batok kelapa dicuci hingga bersih kemudian dikeringkan.

Pengrajin Gula Merah

Di bawahnya yang terdapat lubang, ditaruh daun singkon agar nantinya gula aren mudan untuk dilepas. Ketika gula aren sudah benar-benar masak, wajan yang berisi gula aren diangkat dari tungku pembakaran.