Kalam Allah menjadi sasaran kemarahan mereka yang membenci Islam. Serangan dan penghinaan terhadap Al - Qur'an silih berganti. Entah itu dibakar, dirobek bahkan diludahi.

Seperti kabar tentang aksi pembakaran kitab suci Al - Qur'an belum lama ini di Swedia oleh  politisi sayap kanan Denmark, Rasmus Paludan.

Ia pendiri sekaligus pemimpin partai politik Stram Kurs. Sebuah gerakan sayap kanan garis keras di Denmark. Partai yang kerap menyuarakan agenda anti Islam.

Sangat disayangkan, kejadian serupa terulang kembali di negara ini. Negeri Kincir yang mulai  ramah kepada umat Islam. Meskipun diizinkan hanya di sebuah tempat sepi jauh dari keramaian, namun tetap saja melukai hati kami kaum Muslimin.

Jika lembar - lembar sejarah Al - Qur'an di bentangkan, akan ditemui, ternyata penodaan terhadap kitab suci umat Islam, sudah terjadi sejak dulu. Kisah pilu itu memendam luka yang tak pernah sembuh.

Syahdan, di tahun 1499 M, warga Granada mendengar selentingan kabar, bahwa Al - Qur'an dan buku buku Islam akan diberangus. Bagi Muslimin, kabar burung bukanlah sekedar isapan jempol belaka. Bergegas mereka berlari  menyembunyikannya. Sebagian mereka bahkan menggali tanah di rumah - rumah mereka, mengubur kitab yang mereka cintai.

Hari itupun tiba. Gaduh teriakan orang - orang tua dan para wanita. Disusul massa berbondong - bondong memenuhi jalanan, melihat apa lagi yang akan dilakukan tentara penguasa itu.

Derap kaki kuda terdengar semakin jelas kemudian berhenti di tengah kerumunan. Seorang pengawal istana membacakan titah kardinal bahwa mulai saat ini akan diadakan pembaharuan kebudayaan.

Selepas itu, para pengawal dan tentara Raja bergerak menyita Al - Qur'an maupun kitab - kitab karya cendekiawan Muslim seperti lbn Rusyd, Az - Zahrawi, Ibn Hazm dan lainnya.