BERITABETA.COM, Ambon – Kasus tak hadirnya tenaga guru di ruang kelas, kembali terjadi di Provinsi Maluku. Kali ini, menimpa puluhan siswa di SMA Negeri 13, Kacamatan Pulau Panjang, Kabupaten Seram Bagian Timur (SBT) yang terpaksa libur sekolah selama 20 hari terhitung mulai tanggal 23 November 2019 lalu.  

Kasus yang terjadi di SMA Negeri 13 SBT ini, menjadi viral di media sosial (facebook). Lewat group facebook New Pilar – SBT, salah satu akun dengan nama Ridwan Tatakora mengungkapkan kejadian tragis tersebut, Kamis (12/12/2019).

Menyikapi hal ini,  Anggota DPRD Kabupaten Seram Bagian Timur (SBT) Azis Yanlua, meminta kepada Dinas Pendidikan Nasional (Diknas) Provinsi Maluku agar bisa secepatnya menyikapi kasus kelangkaan tenaga guru yang terjadi di SMA Negeri 13 SBT itu.   

“Sebagai anak negeri dan wakil rakyat di SBT, saya prihatin mendegar ada sekolah menengah atas yang terpaksa harus libur hanya karena tidak ada tenaga guru seperti yang terjadi di SMA Negeri 13 SBT itu. Ini harus segera disikapi dan saya minta Diknas Provinsi Maluku agar mau melihat masalah ini secara komprehensif,” tandas Ketua Fraksi PDI-P DPRD SBT ini kepada beritabeta.com, Jumat (13/12/2019).

Politisi musa asal PDI-P ini mengatakan, kondisi yang terjadi di Kabupaten SBT sangat bertolak belakang dengan semangat pembangunan nasional.  Pasalnya, hal ini dijumpai disaat RPJM Nasional dikonsentrasikan untuk pembangunan manusia, kesehatan dan pengentasan kemiskinan, masih saja ada kondisi yang terjadi seperti ini di daerah.

“Ini tentunya sangat bertentangan dengan semangat nasional terkait  pembangunan manusia,” ungkapnya.

Ia mengatakan, selaku pimpinan di Fraksi PDI-P DPRD SBT, dirinya berharap, agara masalah ini  ini mampu diselesaikan oleh Pemerintah Provinsi Maluku melalui Diknas secepatnya.

“Kita minta masalah ini segera diambil langkah konkritnya untuk diselesaikan. Masalah kesiapan tenaga guru, kesejahteraan, infrastruktur dan faktor penunjang pendidikan lainnya harus diperhatikan oleh Pemprov Maluku, karena untuk SMA sederajat sudah menjadi wilayah Pemprov Maluku,” urainya.

Semua Guru Tidak Berada di Tempat

Dalam unggahan status yang ditulis Ridwan Tatakora dengan judul “Kajadian Luar Biasa” itu, Ridwan menulis di SMA Negeri 13 SBT, Kecamatan Pulau Panjang, para siswanya secara resmi diliburkan sejak tanggal 23 November hingga saat ini, 12 Desember 2019.

Tulis Ridwan, penyebab terjadinya  hal ini dikarenakan tak ada satu guru pun yang masuk sekolah menjalankan aktifitas belajar mengajar.  SMA Negeri 13 SBT itu hanya milki 3 tenaga guru PNS, 2  orang trenaga guru kontrak dan 3 orang tenaga guru relawan.

Ironisnya, lanjut Ridwan, semua guru yang bertugas disekolah itu sedang berada di luar Kecamatan Pulau Panjang, dengan menjalankan aktifitas masing-masing yang juga sangat penting.

“Tiga tenaga guru PNS yakni kepala sekolah (Kepsek) saat ini brangkat ikut kegiatan Rakor.  Dua tenaga guru  PNS lainya sedang ikut kegiatan Prajabatan. Sedangkan guru kontrak dan relawan juga sementara berada di Kota Bula untuk mendaftarkan diri sebagai peserta CPNS,” tulis Tatakora.

“Kondisi ini menjadi penyebab proses belajar mengajar di SMA Negeri 13 SBT itu lumpuh total,” sambungnya.

Menyikapi hal ini, Ridwan meminta kepada Diknas Provinsi Maluku agar serius menangani kasus ini. “Kalau tidak, maka kami menganggap Diknas Provinsi Maluku gagal mengontrol perkembangan pendidikan di seluruh pelosok Maluku,” tegasnya dalam status itu.

Ia juga meminta kepada Dinas Pendidikan Kabupaten SBT, agar bisa menolong dengan menyampaikan laporkan secara resmi kejadian ini ke Diknas Provinsi Maluku.

Postingan akun Ridwan Tatakora ini menjadi viral dan ditanggapi ratusan warganet yang menyampaikan keprihatinan terhadap kondisi yang terjadi di SMA Negeri 13 SBT itu.

Dari 101 komentar yang disampaikan warganet asal SBT, ada satu komentar yang menandakan upaya-upaya kearah perbaikan dunia pendidikan di Kabupaten SBT sudah menjadi perhatian selama ini.

“Beberapa tahun lalu dan tahun ini, teman-teman aktivis dari Pulau Panjang telah menginisiasi persoalan ini dengan langkah-langkah sebagaimana mestinya. Namun beginilah keadaan di lapangan. Bingun juga, entah apa yang merasuki, lantas siapa patut disalahkan, kita, kami, atau mereka? Hanya Allah yang tau,” tulis Abidin Loklomin dalam komentarnya (BB-DIO)