Harga Sagu Lebih Mahal, Mentan Dinilai Omong Kosong
“Kalau tdaik ada terobosan kebijakan, saya kira tidak akan mampu untuk mengatasi kemiskinan di kawasan ini,” tegasnya.
Lahan Sagu Terancam
Sementara itu, pakar Pertanian dari Universitas Pattimura Ambon, Prof. Dr. Ir. John M. Matinahoru secara terpisah mengatakan, secara pribadi wacana Menteri Pertanian untuk mengganti beras dengan pangan sagu sangat mungkin bagi Papua, Maluku dan Riau, karena merupakan pangan utama mereka sejak nenek moyangnya.
“Tapi mungkin bagi provinsi lain bermasalah. Harus ada kecukupan dana untuk kajian penelitian bagaimana sagu disenangi sebagai pangan subtitusi,” katanya.
Menurut John Matnahoru, sebenarnya permasalahan yang ada saat ini, dimana banyak lahan-lahan sagu yang berubah menjadi areal sawah, sehingga luas lahan sagu semakin berkurang.
Untuk itu, katanya, diperlukan produk hukum berupa peraturan pemerintah untuk menjaga dan melindungi ekosistem sagu agar tidak terancam punah di masa depan.
Dia menambahkan, dari berbagai kajian yang sempat diikuti, ternyata makanan sagu jauh lebih sehat daripada makan nasi. Tetapi, hal ini mungkin lebih tepat dijelaskan ahli gizi atau dari ilmu kesehatan.(*)
Editor : Redaksi