“Kalau kita tanya, berapa anggaran yang digelontorkan untuk sagu atau apa kebijakan untuk memperkuat pengolahan sagu dan sebagainya, bisa dijelaskan dan apakah benar ada keberpihakan terhadap sagu, sehingga begitu percaya diri seolah tanaman sagu milik Negara,” katanya.

Engelina yang juga tokoh dari kawasan timur ini mengatakan, sejauh yang diikuti, pemerintah hanya memperkuat infrasstruktur yang berkaitan dengan pertanian, seperti bendungan, irigasi, waduk dan food estate  di Kalimantan dan berbagai tempat.

Untuk itu, katanya, sangat mengejutkan ketika tiba-tiba Menteri Pertanian menyadari sagu sebagai pangan yang diandalkan kalau terjadi krisis.

Ia menilai pemerintah kebanyakan bicara soal food estate, apakah biaya yang dikeluarkan seimbang dengan hasil yang diperoleh.

“Saya kira, food estate itu kan pasti ada pengadaan bibit, pengadaan traktor dan sebagainya, yang tentu harganya tidak kecil. Tetapi, untuk apa juga kalau akhirnya hanya mengandalkan hutan sagu. Atau untuk apa juga ada menteri pertanian, kalau hanya bisa ambil dari alam,” kata Engelina.

Mantan anggota DPR RI ini  juga berharap,  agar pemerintah benar-benar menyiapkan satu desain kesejahteraan bagi kawasan timur, sehingga kawasan ini terangkat dari kemiskinan.

Ia menilai, apa yang dilakukan selama ini sudah terbukti tidak mampu mengangkat kawasan ini dari kemiskinan, sehingga perlu memikirkan satu terobosan yang konsisten, terarah dan terukur.