Wallace tetap sangat menghargai Darwin, bahkan dalam bukunya yang sangat populer “The Malay Archipelago” (1860) di halaman depannya ditulisnya: To Charles Darwin, author of “The Origin of Species” I dedicate this book not only as token of personal esteem and friendhip but also to express my deep admiration for his genius and his works”.

Wallace, yang dipandang sebagai penemu bersama (co-founder) teori evolusi, Namanya kurang terdengar karena selalu berada di bawah bayang-bayang Darwin yang sudah menyandang nama besar.

Ia juga sangat menghargai Darwin dan karya-karyanya, hingga tahun 1889 ia pun menulis buku berjudul “Darwinism” meskipun ia tak selalu sepaham dengan Darwin.

Tetapi sebagian orang menilai, bila saja Wallace mendapat perlakuan yang fair (adil) di Linnaean Society atas asas prioritas, bukan tak mungkin ide terobosan tentang teori evolusi berdasarkan seleksi alami (natural selection) itu lebih dikenal orang bukan bermula dari pengamatan di Kepulauan Galapagos oleh Darwin, tetapi dari Pulau Ternate, Maluku Utara, oleh Wallace.

Dengan kian dilupakannya nama Wallace, makin dilupakan pula peran bumi Nusantara yang memberi sumbangan pencetusan teori evolusi.

Ketika Wallace meninggal, ia telah menulis lebih 20 buku dan sekitar 700 artikel yang sudah dipublikasikan. Namanya hingga kini banyak digunakan atau diacu untuk berbagai tujuan, seperti nama yayasan, nama ekspedisi, dan sebagainya.

Ilustrasi kehidupan di Kepulauan Aru dari The Malay Archipelago Wallace (Foto theconversation.com)

Kisah Wallace dengan maha karyanya ini membuatnya makin dikenal. Natural History Museum, London, mengkoordinasikan acara-acara peringatan seabad Wallace di seluruh dunia dalam proyek 'Wallace100' pada tahun 2013.

Pada 24 Januari potret dirinya diresmikan di aula utama museum tersebut oleh Bill Bailey, seorang pengagum beratnya. Dalam sebuah program BBC Two berjudul "Bill Bailey's Jungle Hero", Bailey mengungkapkan bagaimana Wallace memecahkan evolusi dengan mengunjungi kembali tempat-tempat di mana Wallace menemukan spesies eksotik.

Episode pertama menampilkan orang utan dan katak terbang dalam perjalanan Bailey di Pulau Kalimantan. Episode kedua menampilkan burung cenderawasih.

Pada tanggal 7 November 2013, saat peringatan 100 tahun wafatnya Wallace, David Attenborough meresmikan sebuah patung Wallace di museum tersebut. Patung tersebut disumbangkan oleh A. R. Wallace Memorial Fund, dan dipahat oleh Anthony Smith.

Wallace dirupakan dalam patung tersebut sebagai seorang pemuda yang sedang melakukan pengumpulan. Bulan November 2013 juga ditandai dengan penayangan perdana The Animated Life of A. R. Wallace, sebuah film animasi boneka kertas yang didedikasikan untuk peringatan seratus tahun Wallace.

Di Indonesia, salah satunya acara juga digelar pada tangal 10-13 Desember 2008 di Makassar yakni Konferensi Internasional “Alfred Walter Wallace and the Wallacea” untuk mempeingati 150 tahun surat Wallace dari Ternate (“Ternate Paper”) yang didukung oleh AIPI (Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia), LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) dan Yayasan Pengembangan Wallacea.

Pada kesempatan itu dibacakan Deklarasi Ternate (disusun di Ternate 2 Desember 2008) yang salah satu butirnya adalah komitmen Pemerintah Kota Ternate untuk membangun monumen Wallace di Ternate, memberikan tempat terhormat bagi sang penjelajah yang pemikirannya menjangkau jauh dari zamannya (*)

Pewarta : dhino pattisahusiwa

Sumber : wikipedia.org, liputan6.com dan oseanografi.lipi.go.id