"Agar mereka mendapatkan tax deduction 300%, dan tentu sebagaimana kita ketahui kita arahkan memproduksi chipset yang saat ini telah terjadi kelangkaan di seluruh dunia dan ini berdampak pada produsen laptop dalam negeri yang masih mengandalkan komponen impor," katanya dalam konferensi pers, Kamis (22/7).

Bila produksi chipset tidak dilakukan di dalam negeri maka produksilaptop terganggu. Makanya pemerintah akan memfasilitasi investasi komponen yang terkait TIK dalam negeri. Selain itu akan diinisasi Engineering Center untuk laptop.

"Ini untuk ekpsistem pembuatan mulai dari intellectual property (IP), komponen utama, komponen pendukung," jelasnya.

"Apabila perakitan bisa mencapai 1 - 2 juta laptop dalam negeri maka akan mendorong ODM laptop semakin tertarik memperkuat ekosistem laptop dari Indonesia. Saat ini laptop yang dapat dirakit dalam negeri mencapai 400 ribu unit," jelasnya.

Agus menjelaskan akan memperluas pasar laptop dalam negeri agar diserap, baik dari kebutuhan Pendidikan hingga adminsitrasi lembaga. Enginerring Center ini juga akan menjadi sarana untuk mengembangakan produk semi conductor dalam negeri. "Ini produk strategis masa depan terutama di industri 4.0 ini," katanya.

Berdasarkan data Kemenperin, nilai impor laptop dalam 5 tahun terakhir dari 2016 - 2020 sudah mencapai US$ 1 miliar, atau setara dengan Rp 14 triliun dengan kurs (Rp 14.000/US$).

Permintaan produk laptop di Indonesia sekitar 3 juta unit per tahun dengan market share produk impor sampai 95%, dan 5 % untuk produk laptop dalam negeri. Maka ke depan, Perusahaan teknologi produsen laptop asal Indonesia seperti ZYREX bersiap untuk mengambil pangsa pasar yang lebih besar sehingga laptop buatan Indonesia bisa menjadi tuan di negaranya sendiri (BB-RED)