BERITABETA.COM - Mie instan sudah menjadi makanan terfavorit bagi warga Indonesia. Bisa dipastikan hampir setiap orang Indonesia telah mencicipi mie instan.

Sebagai bukti dari kepopuleran itu, Indonesia merupakan salah satu pembeli mie instan terbesar  urutan kedua dengan jumlah konsumsi yang cukup besar yakni 14 miliar bungkus/tahun atau 64 bungkus per konsumen/tahun.

Jumlah ini berada di bawah Tiongkok dengan jumlah 44,4 miliar bungkus. Angka ini telah jauh bertumbuh dari 886 juta bungkus pada 1985 dan 5,2 miliar bungkus pada 1994.

Pada tahun 2013, penjualan mi instan nasional telah mencapai Rp 22,6 triliun, diperebutkan oleh beberapa pemain dengan persaingan yang cukup sengit.

Korea Selatan adalah konsumen mie instan terbanyak per kapita, dengan rata-rata 69 bungkus per tahun, diikuti oleh Indonesia dengan 55 bungkus, dan Jepang dengan 42 bungkus pada 2005.

Tingginya angka konsumsi mie instan ini ikut membawa berkah bagi sejumlah pengusaha yang bergerak dalam produksi mie instan ini. Bukan saja di Indonesia, para pengusaha Indonesia ini juga terkenal karena produk yang dihasilkan juga menyasar pasar internasional.

Dilansir dari Forbes, terdapat lima  konglomerat RI yang kaya raya berkat kontribusi besar mereka terhadap perkembangan bisnis mi instan.

Siapa saja para konglomerat itu?  Berikut lima nama yang namanya masuk daftar orang kaya di Indonesia menurut Forbes dan dikutip dari www.cnbcindonesia.com :

1. Djajadi Djaja

Sosok Djajadi Djaja merupakan penggerak awal bisnis Indomie, mie instan favorit warga Indonesia. Sejak 1959, dia mulai berbisnis bersama kawan-kawan SMA membangun sebuah firma bernama FA Djangkar Djati, belakangan namanya diganti Wicaksana Overseas International.

Kemudian Djajadi Djaja dkk, pada April 1970, mendirikan Sanmaru Food Manufacturing, yang pabriknya sejak 1972 memproduksi mi instan dengan nama Indomie, singkatan dari Indonesia Mie. Pabrik tersebut didirikan Djajadi Djaja bersama Chow Ming Hua, Wahyu Tjuandi, Ulong Senjaya, dan Pandi Kusuma. Kelompok usaha asal Medan (Sumut) tersebut kemudian dikenal dengan nama Jangkar Jati Group.