Sherlly Dendeng, salah seorang eksportir pala asal Minahasa Utara seperti dikutip dari bisnis.com menyebutkan,  sejak adanya isu aflatoksin pada pala Indonesia yang masuk ke pasar Eropa pada akhir 2011, volume ekspor dan harga pala dari Indonesia yang masuk ke pasar Uni Eropa menurun drastis.

Harga jual ekspor pala menurun dari sekitar US$20.000 per ton menjadi US$16.500 per ton. Secara global, penurunan permintaan pasar Uni Eropa terhadap pala Indonesia mencapai 43%, dari 41 juta euro menjadi 23 juta euro pada 2012,

Dalam sebuah pertemuan di Minahasa Utara pada Juni 2013 silam, Sherlly mengisahkan semenjak diterapkannya uji standar mutu internasional, mereka harus senantiasa menjaga kualitas pengeringan biji pala.

“Saya selalu deg-degan saat pengiriman, karena kalau tidak lolos, nama kami bisa buruk dan bisa dihentikan izin ekspor kami,” ujarnya saat itu.

Sherlly terjun ke industri pala sebagai anggota Asosiasi Pala Indonesia (Aspindo) di Ternate pada tahun 80-an, Ia mulai belajar menjadi eksportir pala. Dalam perjalanannya, dia mengaku telah merasakan manisnya usaha dari eskpor pala itu (BB-DIO)