BERITABETA.COM – Cahaya merah sudah mencapai ufuk timur. Beberapa orang berkeringat melepas rompi yang dikenakannya, yang lain sibuk mencopot helm bersenter yang digunakannya, sebagian lain melepas sepatu bot yang dipenuhi lumpur. Mereka bersiap mengambil air wudhu.

Usai mengambil wudhu sebagian ada yang bercakap-cakap. Ada pula yang melepaskan lelah dengan duduk-duduk di lantai karpet berwarna biru. Tembok setinggi dua meter berwarna kuning menjadi penghias.

Tak lama kemudian azan mulai menggema. Suaranya memantul di antara dinding-dinding batuan yang telah diratakan dengan semen. Meski begitu tampak sederhana, ada beberapa baut penahan dinding yang dipasang untuk menghindari robohnya atap.

Beberapa orang yang tadi sedang duduk akan merasakan gema suara itu memenuhi setiap sudut ruangan. Bak berada di dalam gua, suara azan itu memantul bersahut-sahutan.

Itulah gambaran sederhana dari masjid Jami’ Baabul Munawwar. Masjid yang terletak 1,7 kilometer dari permukaan tanah itu dibangun di areal tambang bawah tanah di kawasan Tembagapura, Timika, Papua. Meski berada di perut bumi, masjid itu mampu menampung 250 jemaah.

Tarawih di Bulan Ramadhan

Selama bulan Ramadhan, kaum muslim berpuasa dan melakukan shalat tarawih selepas isya. Ibadah shalat tarawih berjamaah biasanya dilakukan di surau atau masjid terdekat kantor atau rumah.

Tapi, lain cerita bila ibadah shalat tarawih dilakukan di lokasi yang tak lumrah, di perut bumi misalnya. Rutinitas inilah yang dialami para karyawan PT Freeport Indonesia.

Para pekerja tambang tersebut menunaikan shalat tarawih di Masjid Baabul Munawwar yang berada di kedalaman 1.700 meter dari permukaan bumi.

Manajemen PT Freeport Indonesia sengaja membangun tempat ibadah di perut bumi agar para karyawan bisa menunaikan shalat 5 waktu. Para pekerja yang berada di salah satu lokasi tambang terbesar di Indonesia itu juga biasa berbuka puasa bersama di masjid yang bermakna “pintu tempat cahaya” tersebut.

“Adapun untuk kegiatan selama bulan Ramadan, kita usahakan setiap hari Jumat itu paling tidak seminggu sekali kami adakan buka bersama di Masjid Baabul Munawwar,” ujar Budi Sutrisna, karyawan PT Freeport Indonesia yang juga merupakan pengurus Masjid Baabul Munawwar dalam siaran tertulis, Selasa (28/5/2019).

Sehari-hari, Budi bertugas sebagai general foreman di Deep Mill Level Zone (DMLZ) atau tambang bawah tanah PT Freeport Indonesia.

Karyawan yang aktif mengikuti kegiatan di Masjid Baabul Munawwar kebanyakan berasal dari bagian operasional tambang bawah tanah seperti bagian mekanik, konstruksi, operator, elektrik, dan instrument.

Saat berbuka puasa, para pekerja menghentikan pekerjaannya sejenak untuk membatalkan puasa, sekaligus menunaikan ibadah shalat magrib.

Setelah itu, mereka kembali ke pos masing-masing untuk kemudian berkumpul kembali di masjid dan menunaikan shalat isya serta tarawih.

Di antara shalat magrib dan isya, para karyawan biasanya mengikuti safety meeting di bagiannya masing-masing. Pertemuan ini digelar untuk mengingatkan para pekerja tentang keselamatan kerja. “Bagaimanapun juga keselamatan kerja merupakan prioritas utama,” kata dia.

Setelah mereka selesai pembagian tugas, sekitar kurang lebih setengah jam, mereka kembali ke masjid untuk melaksanakan shalat isya secara berjamaah dan dilanjutkan tarawih.

“Setelah itu mereka kembali ke pekerjaannya masing-masing, melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawabnya,” tutur Budi.

Jumat Istimewa

Khusus di hari Jumat, karyawan muslim akan mendapatkan menu berbuka yang berbeda dari biasanya. Selain itu, pihak pengurus masjid juga mendatangkan ustadz khusus dari Yayasan Masyarakat Muslim (YMM) untuk menjadi imam dan menyampaikan tausiah.

“Alhamdulillah, mereka cukup gembira, cukup ramai, dan akan menyambut positif dari kegiatan ini,” kata dia.

Sementara itu, Riza Pratama selaku Vice President, Coorporate Communication dari PT Freeport Indonesia mengatakan, manajemen perusahaan mendirikan Masjid Baabul Munawwar sebagai bentuk komitmen perusahaan atas aktivitas beragama karyawan.

Dengan jumlah karyawan lebih dari 28.000 orang, PT Freeport Indonesia tentunya menjadi rumah bagi banyak individu dengan keyakinan yang berbeda.

Oleh karenanya, kenyamanan karyawan dalam menjalankan ibadah selalu menjadi prioritas utama perusahaan. “Karena itulah pada bulan yang suci ini, kami juga memastikan para karyawan kami yang beragama muslim untuk dapat menjalankan ibadah dengan maksimal,” ujar Riza.

Keberagaman di Perut Bumi Indonesia

Freeport tak cuma memperhatikan hak beribadah karyawan muslim. Korporasi juga menyediakan fasilitas gereja bagi karyawan yang beragama kristen dan katolik. Uniknya, Gereja Oikumene Soteria terletak secara berdampingan dengan Masjid Baabul Munawwar.

Gereja Oikumene Soteria terletak secara berdampingan dengan Masjid Baabul Munawwar.

Pada 2017 lalu, kedua rumah ibadah tersebut mendapatkan piagam rekor dari Museum Rekor Dunia-Indonesia (MURI) sebagai masjid dan gereja terdalam di Indonesia, bahkan di dunia.

“Selain untuk memenuhi kebutuhan karyawan, keberadaan rumah ibadah secara berdampingan ini juga merupakan bentuk toleransi antar umat beragama dan simbol keberagaman karyawan PT Freeport Indonesia,” ujar dia.

Potret keberagaman dan toleransi beragama tersebut menuai pujian dari Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Ignasius Jonan.

Dalam akun Twitternya @jonan_ignasius pada 6 Mei lalu, mantan Dirut PT KAI itu menyebut bahwa keberadaan kedua rumah ibadah di perut bumi merupakan wujud kebhinekaan di Indonesia.

“Selamat Menunaikan Ibadah Puasa. Di kedalaman 1.700 m di bawah permukaan tanah di komplek tambang bawah tanah Freeport Indonesia, terdapat Masjid Baabul Munawwar yang berdampingan dengan Gereja Oikumene Soteria. Inilah wujud kebhinekaan Indonesia,” cuit Jonan.

Masjid itu sendiri bisa dicapai melalui terowongan di pintu Ali Boediardjo. Ali Boediarjo merupakan nama Presiden Direktur PT Freeport yang pertama. Bagi para jemaah yang belum terbiasa mengunjungi masjid ini kewaspadaan harus diperhatikan. Sebab, kadar oksigen di tempat ini tipis. Hal itu akan sedikit membuat kepala terasa pusing dan pernafasan agak tersengal-sengal.

Meski oksigen di lokasi ini sangat tipis, masjid ini tetap memiliki udara bersih. Rupanya ada sebuah teknologi canggih yang sengaja dipasang untuk memurnikan udara di bawah tanah. Selain teknologi pemurni udara, ada pula kipas penyedot udara (exhaust fan) yang berfungsi menyedot udara kotor keluar dari lokasi itu.

Masjid ini diresmikan pada awal Juni 2015. Arsiteknya adalah Alexander Mone dan struktur pembangunannya dikerjakan Andrew Parhusip.

Lebih uniknya lagi, di samping masjid ini juga berdiri sebuah gereja bernama Gereja Oikumene Soteria. Masjid dan gereja ini membuktikan jika toleransi bisa terasa hangat berdampingan hingga ke perut bumi.(BB-DIO)

Sumber: kompas.com/ kemegahanmasjid.blogspot.com