BERITABETA.COM, Masohi – Patihena Pelupessy (50) terlihat sibuk menyiapkan berbagai perlengakapan sore itu. Wajahnya sumringah, saat berkoordinasi dengan beberapa temannya.  Nelayan kota Masohi ini, tengah menyiapkan sebuah pesta unik yang jarang diketahui khalayak ramai di kota tua berjuluk “pamahanunusa” itu.

Hari itu, ratusan nelayan akan berbaur menjadi satu di tengah laut, untuk menjalankan sebuah ritual unik yang sudah dijalankan sejak tahun 1970 silam. “Sebentar sore kita akan menggelar sebuah acara syukuran laut,” katanya singkat saat ditemui beribeta.com, Senin (24/12/2018) petang.

Pati begitu sapaannya, sejak lama sudah ditunjuk menjadi kordinator ratusan nelayan di kota Masohi. Tradisi syukuran laut ini akan digelar sebagai ungkapan syukur atas rahmat yang diturunkan Allah kepada para nelayan.

Laut di tanjung Koako, Amahai, Senin (24/12/2018) sore itu menjadi saksi,  akan ungkapan syukur yang dilakukan sedikitnya 230 nelayan kota Masohi di atas perahu tangkap ikan. Hampir semua penduduk pesisir pantai atau masyarakat yang menggantungkan penghasilannya dari laut di kota Masohi berbaur dalam pesta kecil itu.

Syukuran nelayan yang digelar hanya sejam itu terlihat unik. Disaksikan riuhnya burung-burung laut yang berterbangan di atas perahu. Seakan mengantar 7 buah perahu nelayan itu, sejak meninggalkan dermaga kota Kota Masohi sampai ke lokasi kegiatan di perairan di Tanjung Kuako.  Juga susana indah dengan  pemandangan saat matahari terbenam saat pelaksanan ritual itu berlangsung.

Ratusan nalayan Kota Masohi ikut serta dalam acara syukuran laut yang dilangsungkan di perairan Tanjung Koako, Amahai

Hajat laut ini dilaksanakan dengan cara-cara yang islami, dihadiri oleh seluruh para nelayan. Puncak acara syukuran itu ditandai dengan pembacaan do’a oleh seorang pemuka agama Islam.  Ode Kaimudin adalah pemuka agama yang didaulat untuk membacakan doa di atas perahu.

Duduk bersila di atas perahu milik Patihena Pelupessy dan diapit oleh perahu nelayan lainya, acara syukuran pun dilakukan penuh syukur.

Setelah selesai pembacaan do’a, kemudian dilakukan pelepasan sajian makanan ke dalam laut. Sebagai ungkapan rasa terima kasih mereka. Acara kemudian dilanjutkan dengan aksi saling siram-menyiram dengan air laut antar-ratusan warga nelayan.

Semua nelayan baik tua maupun muda dengan menggunakan kapal-kapal kayu antusias menjalankan tradisi unik itu. Saling siram air laut menggunakan ember maupun plastik terisi air. Mereka saling membasahi tubuh mereka di atas kapal.

Setelah aksi siram-menyiram, acara dilanjutkan dengan menyantap makanan secara bersama para peserta, yang rata-rata adalah para nelayan. Meskipun perahu terombang-ambil digoyang arus gelombang,  namun tidak menganggu pesta kecil itu.

Patihena Pelupessy disela-sela kegiatan itu mengungkapkan, tradisi masyarakat nelayan kota Masohi sudah ada sejak tahun 1970. “Ini hanya bentuk ungkapan rasa syukur kami kepada Allah yang telah memberikan rezekinya kepada kami dari hasil laut selama ini,” kata dia.

Menurut Pati, tradisi lama  ini dilanjutkan karena selain bernilai historis, juga bernilai riligi, karena ada  ungkapan rasa syukur para nelayan di Kota Masohi.

“Tujuan dari kegiatan ritual laut itu yang utamanya adalah untuk menjaga keselamatan para nelayan di laut,” ungkapnya.

Kegiatan syukuran nelayan tersebut juga kerap disebut sebagai hajat laut oleh warga sekitar. “Tapi saya katakan ini adalah syukuran nelayan atas nikmat kepada Allah SWT, yang sudah memberikan kesehatan dan keselamatan kepada nelayan,” tegasnya.

Patihena adalah tokoh nelayan di Kota Masohi. Berkat dirinyalah maka setiap tahun kegiatan itu bisa terlaksana.” Karena ini adalah tradisi para nelayan pendahulu kita, maka kalau saya selalu berinisiatif menggerakan para nelayan untuk meneruskannya,” katanya.

Patihena berharap ada fasilitas tangkap ikan yaitu Rumpon yang diberikan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Malteng. Hal itu untuk menopang sektor perikanan di Kota Masohi.

“Kami berharap Pemkab Malteng membantu kami untuk pengadaan Rumpon untuk nelayan. Sebab kasian setiap tahun para nelayan harus menyiapkan dana Rp 40 sampai 50 juta untuk pengadaan Rumpon nelayan,” harapnya.(BB-DIO)