Catatan : Mary Toekan (Pemerhati Sejarah Islam)

Akhir April lalu, meski sudah memasuki musim semi, cuaca Amsterdam tampaknya belum normal. Hujan panas silih berganti dalam sehari. Sisa - sisa musim dingin rasanya masih enggan pergi. Jaket winter penghangat tubuh belum boleh ditanggalkan. Suhu udara berkisar 10 derajat celsius.

Aku mengajak kakakku yang datang berlibur bersama suaminya mengunjungi salah satu taman terbesar di dunia. Jadilah hari itu kami berempat berangkat menuju Amsterdam.

Walaupun terjadi sedikit drama huru hara, berputar - putar berburu parkiran yang disesaki para wisatawan, akhirnya kami tiba juga di gerbang pintu dua jam sebelum taman ini ditutup.

Rencana untuk berperahu mengelilingi tamanpun harus batal berhubung loket tempat penyewaan perahu keburu dipajang tulisan closed !

Namanya Keukenhof. Sebuah area dengan luas 32 hektar yang ditumbuhi sekitar 7 juta umbi bunga setiap tahunnya. Disini, mata kita dimanja dengan keindahan lautan bunga tulip berbagai jenis.

Warna - warna penyejuk mata sicantik tulip terhampar sepanjang tepi danau. Danau buatan itu akan selalu bersenandung dengan irama airnya.

 

Taman bunga di Keukenhof, Belanda

 

Tidak hanya tulip tentunya, banyak juga bunga lainnya seperti bakung, lili, mawar, anyelir, lavender dan iris. Sesekali terdengar kicau burung memenuhi hari yang lebih panjang hingga menjelang senja.

Ya, waktu Maghrib di musim semi akan bergeser mengikuti terbenamnya bola raksasa di ufuk Timur. Saat ini maghrib bahkan sudah mendekati jam 10 malam.