BERITABETA, Jakarta– Anggota MPR RI Fraksi Partai Amanat Nasional (PAN) Yandri Susanto mengatakan peran pemerintah Indonesia lemah terhadap perlindungan para pekerja warga Negara Indonesia (WNI) yang berada di luar negeri.

Hal itu dikatakan Yandri dalam diskusi Empat Pilar MPR ‘Perlindungan Kerja Tenaga Kerja Indonesia’ di Parlemen, Senayan, Senin, (5/11/2018).

Kata Yandri, selain pemerintahan kabinet Jokowi-JK lemah, pemerintah Arab Saudi juga dalam hal ini tidak pernah melihat akar masalahnya terkait eksekusi mati terhadap kasus-kasus yang menimpa WNI tersebut.

“Bayangkan Tuti dihukum mati, Kemenlu tidak tahu, bagimana mau berusaha membebaskan dari tiang gantung, atau dari pancungan, kalau kapan di eksekusi aja arab saudi gak anggap Indonesia, ada KBRI dan Komjennya, ngasih tahu doang ga mau, ini perlu dikaji, kenapa? Kita tidak bisa diam soal masalah ini,” tutur Yandri.

Yandri yang juga Anggota Komisi II DPR itu menyebut TKI yang terancam dihukum mati bukan hanya Tuti Tursilawati yang dieksekusi di Thaif , Arab Saudi. Namun, ada di beberapa negara lain yang harus diperhatikan oleh tokoh bangsa.

“Contoh seperti Malaysia, saat itu Pak Prabowo yang gagalkan eksekusi terhadap WNI kita di sana,” ungkapnya.

Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra, Prabowo Subianto kala itu terbang ke Malaysia pada Jumat, 13 September 2013 guna menyelamatkan Wilfrida Soik, pekerja rumah tangga (PRT) migran asal Belu, NTT yang terancam hukuman mati karena dituduh melakukan tindak pembunuhan terhadap majikan perempuannya, Yeap Seok Pen.

Untuk itu, Yandri meminta semua pihak siapapun tokoh dan pemimpin negara di NKRI harus melindungi warganya sendiri.

Kendati demikian, beber Yandri, untuk mengurangi WNI yang berbondong-bondong mencari pekerjaan di luar negeri, ada baiknya pemerintah Indonesia menciptakan lebih banyak lapangan pekerjaan di Indonesia. Sehingga bisa mengurangi pengangguran pribumi di dalam negeri.

“Kita berharap siapapun yang menjadi pemimpin di negeri ini, harus melindungi warganya. Semoga pak Prabowo presiden, supaya tidak ada lagi hal-hal kayak gitu terjadi,” pungkas Yandri Susanto. (BB-ADIS)