BERITABETA.COM, Jakarta – Sebanyak 38 Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) berbasis solar di Maluku dan Maluku Utara (Malut) akan diganti menjadi menjadi Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) yang ramah lingkungan.

“Beberapa PLTD di Maluku dan Malut yang akan dikonversikan menjadi PLTS di tahap pertama adalah PLTD Tahalupu, PLTD Buano, PLTD Geser, PLTD Kesui, PLTD Taniwel, PLTD Jerol, dan PLTD Galo-Galo,”

Program konversi listrik berbahan bakar solar menjadi listrik berbasis tenaga surya di Maluku dan Malut ini berkapasitas 65,6 MegaWatt peak (MWp) dan ditargetkan akan rampung pada 2024 mendatang.

"Ini untuk tahap pertama. Jumlahnya nanti akan bertambah lagi sesuai dengan /roadmap/ yang telah ditentukan," kata Executive Vice President Komunikasi Korporat dan CSR PLN Agung Murdifi di Jakarta, Sabtu (27/3/2021).

Murdifi mengatakan konversi diesel ke energi hijau itu merupakan langkah perseroan dalam mengeksplorasi sumber-sumber energi terbarukan dan menggali potensi energi lokal yang baik bagi kehidupan masyarakat di masa depan.

Agung merinci beberapa PLTD yang masuk dalam program konversi di antaranya PLTD Tahalupu, PLTD Buano, PLTD Geser, PLTD Kesui, PLTD Taniwel, PLTD Jerol, dan PLTD Galo-Galo.

"Program ini merupakan upaya kami untuk meningkatkan penggunaan energi yang lebih ramah lingkungan. Langkah ini juga akan meningkatkan layanan dan kualitas listrik di daerah terpencil,” kata Agung Murdifi.

Sekedar informasi, PLN telah meluncurkan program konversi pembangkit diesel ke pembangkit baru yang berbasis energi terbarukan sejak 2 November 2020 lalu.

Terdapat sekitar 5.200 unit mesin PLTD yang terpasang di 2.130 lokasi di seluruh Indonesia yang akan dikonversi menjadi pembangkit energi ramah lingkungan dengan potensi sebesar 2 GigaWatt (GW).

"Konversi PLTD ini akan dilakukan secara bertahap. Pada tahap pertama, kami akan melakukan konversi di 200 lokasi dengan kapasitas 225 MW," kata Agung.

Dijelaskan, konversi tahap awal dilakukan dengan memilih mesin PLTD yang telah berusia lebih dari 15 tahun dengan mempertimbangkan kajian studi yang telah dilakukan oleh PLN. Sedangkan, tahap kedua dan ketiga masing-masing sebesar 500 MW dan 1.300 MW.

Strategi konversi listrik berbahan bakar fosil menjadi listrik ramah lingkungan dilakukan PLN sebagai upaya mewujudkan komitmen mencapai target bauran energi hijau nasional sebesar 23 persen pada 2025, sekaligus mendukung upaya pemerintah untuk menurunkan emisi gas rumah kaca sebesar 29 persen pada 2030 sesuai Kesepakatan Paris.

Janji Menteri ESDM

Sebelumnya, dalam rapat bersama Komisi VII DPR RI, Menteri ESDM Arifin Tasrif telah menyampaikan momitmennya terkait penuntasan masalah elektrifikasi di wilayah Timur Indonesia.

Tasrif juga mengaku,  tidak akan ada  istilah moratorium dan semua program elektrifikasi tetap akan berjalan.

Tasrif juga mengakui, soal rencana program konversi (pengalihan) energy dari diesel ke gas, namun akan diberlakukan secara estafet tanpa harus menghentikan apa yang sudah berjalan. Pihaknya, sementara melakukan identifikasi daerah-daerah mana saja yang memenuhi syarat tersebut.

“Terkait dengan semua fasilitas yang dibangun di Maluku itu, sebelumnya  tahun ini proses tendernya sementara dilakukan dan targetnya di tahun 2022 sampai 2023 akan tuntas,” kata Tasrif.

Terhadap kelanjutan program Indonesia Terang untuk memenuhi sejumlah faslitas kelistrikan yang telah dibangun sebelumnya (jaringan dan rumah mesin), nantinya mesin pembangkitnya  akan menggunakan energy biodiesel (B30) atau Bahan Bakar Nabati.

Kesepakatan ini juga tertuang dalam rekomendasi Komisi VII DPR RI pada poin 5 agar negera segera menyediakan satuan pembangkit diesel (SPD) dan juga menyediakan pasokan gas kepada daerah berbasis 3T yang sampai saat ini masih bermasalah soal elektrifikasi.

Menurut Tasrif, kebijakan penggunaan energy B30 dilakukan sebagai upaya pemenuhan Paris Agreement (Kesepakatan Paris) dalam rangka mengurangi emesi global sesuai gol temperatur global. 

Sedangkan, untuk PLTMG yang sudah siap tapi belum tersedia energy gas, juga akan disediakan dan ditargetkan akan menggunakan produksi gas dari Bentuni, Bontang dan di tahun 2017 akan menggunakan produksi dari Blok Masela.

“Energi gas dipilih karena sudah diperhitungkan soal cost-nya dan juga emisi yang dihasilkan nanti. Nah mesinya lagi ditenderkan di semester satu ini oleh pihak PT Pertamina melalui PJM,” tutup Tasrif (BB-ANT/DIO)