BERITABETA.COM, Bula — Produk Usaha Mikro, Kecil dan Menengah [UMKM] di Kabupaten Seram Bagian Timur [SBT] dinilai selama ini belum dikelola secara baik oleh pelaku usaha maupun pihak pemerintah.

Hal itu diungkapkan Kordinator Pendamping Program Transformasi Ekonomi Kampung Terpadu [Tekad] SBT Mimid Dwi Suwanto kepada beritabeta.com di Bula, Senin (3/10/2022).

Mimid membeberkan, selama ini ada sejumlah produk home industri berupa tepung Sagu Ratu Andan, Teh Ramadelas, Minyak Goreng Minlen dan produk lain yang digeluti masyarakat di kabupaten bertajuk 'Ita Wotu Nusa' itu, namun belum dimaksimalkan.

"Cenderung potensi-potensi yang sudah ada tetapi tidak dikembangkan dengan baik. Misalnya tepung Sagu Ratu Andan yang di Desa Angar yang berjalan tersendat-sendat, ada juga teh lokal Ramadelas. Kalau bisa berkesinambungan terus, sehingga menjadi usaha yang bisa diandalkan masyarakat," ungkap Mimid Dwi Suwanto.

Ia berujar, bantuan rumah produksi sagu dan peralatannya dari program Solid yang pernah dijalankan beberapa tahun lalu dibiarkan nganggur tanpa digunakan.

Menurutnya, pendampingan yang tidak maksimal dan ketidakseriusan Pemerintah Daerah [Pemda] jadi satu penyebab produk lokal di daerah itu tidak bisa berkembang.

"Kami melihat, pendampingan tidak maksimal. Pemda juga belum serius. Organisasi Perangkat Daerah [OPD] saling ego sektoral, termasuk juga sistem di SBT yang kental dengan nuansa politik menjadi tantangan tersendiri," ujarnya.

Alumni Magister Manajemen Universitas Pattimura [Unpatti] Ambon ini menandaskan, tahun ini program Tekad difokuskan pada 20 desa inti di kabupaten penghasil minyak bumi itu.

Dia mengaku, program pendampingan yang difokuskan pada peningkatan ekonomi desa melalui potensi lokal ini sudah melakukan identifikasi dan verifikasi potensi pada masing-masing desa.