Kendati demikian, dia berdalih, potensi yang ada nantinya didiskusikan dengan masyarakat setempat untuk potensi apa saja yang bisa diunggulkan dengan mempertimbangkan sisi kelayakan dan permintaan pasar.

"Yang jelasnya kita sudah melakukan identifikasi dan verifikasi, tinggal kita lihat dan diskusikan dengan masyarakat, potensi mana yang bisa diunggulkan. Dianalisa dulu, layak dan laku dipasar atau tidak. Karena Tekad diturunkan untuk merubah mindset masyarakat. Agak berat memang, tapi pelan-pelan kita upayakan, karena program ini sampai 2025," akuinya.

Untuk menunjang keberlanjutan produk UMKM ini, dia dan rekan-rekan pendamping program Tekad dalam kesempatan Musyawarah Perencanaan Pembangunan [Musrembang] ikut mengarahkan pemerintah desa untuk pemanfaatan Dana Desa [DD] sebesar-besarnya untuk pemberdayaan ekonomi desa.

Sebagai partisipasi langsung tambah dia, lewat program Tekad ini para pendamping akan menginventarisir usaha-usaha kelompok ekonomi yang ada untuk dikembangkan, diberikan kapasitas dan dicarikan modal dan pasar bagi mereka.

"Jadi kami juga mendorong kepala desa untuk memanfaatkan DD, apalagi Perpres 104 tentang pemanfaatan 20% untuk ketahanan pangan. Kita juga akan merevitalisasi BUMDES yang ada. Usaha-usaha kelompok ekonomi yang ada kita iventaris untuk dikembangkan dan diberikan kapasitas, dicarikan akses modal dan pasar," ucapnya. (*)

Pewarta : Azis Zubaedi