Ratusan Karyawan PT WWI Merana, Tak Digaji Terpaksa Makan Buah Pepaya dan Kelapa
BERITABETA.COM, Namlea – Nasib tragis menimpa sebanyak 511 orang karyawan PT. Waenibe Wood Industri (WWI) yang berkedudukan di Pulau Buru. Akibat tidak digaji selama tiga bulan, ratusan karyawan ini terpaksa makan buah pepaya dan kelapa.
Kondisi tragis ini diungkap Ketua DPRD Kabupaten Buru, Iksan Tinggapy, SH saat memimpin hearing lintas komisi A,B dan C bersama manajemen PT WWI dan pejabat Nakertrans Kabupaten Buru, Rabu siang (30/1/2019).
“Yang saya inginkan, gaji karyawan ini dibayar sesuai ketentuan. Setiap bulan dibayar,” tandas Iksan Tinggapy di hadapan Manajer PT WWI, Prayitno.
Menurut Iksan, sebanyak 511 karyawan yang bekerja di pabrik plywood ini, telah diikat dengan perjanjian kerja, baik menyangkut soal kewajiban dan hak-hak karyawan. Karena itu, ia tidak mau mendengar alasan dan dalih dari manajemen PT WWI yang masih menunggak gaji karyawan dari bulan Nopember dan Desrember 2018 serta Januari 2019.
“Kasihan pak, kalau ditunda-tunda seperti itu, tiga bulan tidak dibayar, kemudian dua bulan baru hanya dibayar sebulan, kasihan pak kalau mereka selama ini hanya menggantungkan pekerjaan di PT WWI,” ungkap Iksan.
Iksan yang akrab dipanggil Nugie ini ikut membeberkan di hadapan Prayitno, kalau ada karyawan yang anaknya muntah darah dan tidak tahu mau dibawa untuk diobati kemana, karena tidak punya duit.
Yang semakin memiriskan hati lagi , karyawan ini dan keluarganya nyaris tidak makan nasi. “Kalau tidak ada pepaya dan kelapa, maka mereka tidak makan. Bapak punya rasa kemanusiaan ngak?,” berber Nugie sambil bertanya.
Untuk itu selaku pimpinan dewan, Nugie mengaku tidak mau tahu alasan perusahan. Gaji karyawan harus segera dibayarkan esok. Nugie mengancam akan menyurati Menteri Tenaga Kerja (Menakertrans) di Jakarta, bila perusahan milik Fery Tanaya ini terus menggantungkan hak karyawan.
“Bayar pak, saya tidak mau tahu.Kalau tidak segera bayar saya akan surati Menakertrans di Jakarta.Saya surati pak, ini saya lagi minta nomor handphone beliau.Saya tidak mau tahu.Ini menyangkut persoalan rakyat yang datang mengaduh di dewan,”gertak Nugie.
Selaku pimpinan dewan, Nugie bersama para wakil rakyat menyatakan akan tetap membantu PT WWI dalam hal investasi mendapatkan kayu log dan sebagainya. “Itu akan kita bantu.Tapi persoalan hak gaji karyawan agar segera dibayarkan. Kita tidak mau tahu pak. Setiap bulan gaji karyawan harus dibayarkan.Harus itu pak,”tegasnya.
Dalam dengar pendapat ini, Nugie dan para wakil rakyat juga mengkritik Nakertrans Kabupaten Buru, akibat dalam pertemuan itu, pejabat yang mewakili kepala dinas, mengaku tidak tahu ada masalah pembayaran upah di PT WWI dengan dalih tidak ada laporan resmi ke instansi ini.
“Yang berikut Nakertrans, saudara -saudara kalau tidak mampu berhenti saja dari sana. Kalau tidak bisa, mundur saja. Gentelmen pak. Silahkan kalian sampaikan, saya mundur karena tidak mampu,” kata Nigie kesal.
Dalam hearing itu, terungkap kalau PT WWI sejak tahun 2017 lalu selalu menunggak gaji karyawan.Bahkan di tahun 2018 ini gaji dibayar dengan cara menyicil. Terakhir gaji karyawan bulan Oktober 2018, baru diterima di bulan Desember 2018. Sedangkan gaji bulan Nopember, Desember 2018 dan Januari 2019 belum terbayar hingga mau memasuki bulan Februari.
Manajer PT WWI, Prayitno tidak menyangkal hal itu.Ia berdalih, manajemen kesulitan keuangan karena produksi hanya 3000-an meter kubik per tahun.
Ia juga berdalih, kendala angkutan kayu log yang juga menjadi pemicuh perusahan itu tidak efektif berproduksi.
Di hadapan wakil rakyat, Prayitno mengaku PT WWI baru mencoba bangkit di tahun 2019 ini dan akan memasarkan produknya ke Amerika dan India lewat pelabuhan Surabaya. Namun dalam dengar pendapat itu sejumlah wakil rakyat turut menyesal langkah PT WWI yang menunggak gaji karyawan.
Wakil Ketua dewan, Aziz Hentihu dkk mengingatkan Prayitno soal UU Tenaga Kerja, dan PP tentang sistim pengupahan, yang mengikat perusahan untuk mengupah karyawan sebelum tanggal 10 setiap bulan berjalan.
Senada dengan ketua dewan, mereka mendesak Prayitno supaya membayar upah tersebut. Untuk itu, di hadapan wakil rakyat, Prayitno berjanji akan membayarkan upah karyawan untuk bulan Nopember pada hari esok.
Ia meminta kelonggaran, sisa upah dibayarkan pada bulan berikut dan memasuki Bulan April 2019 tunggakan upah buruh akan dilunasi. Setelah itu tidak lagi ada tunggakan upah. Dalam dengar pendapat itu, beberapa wakil rakyat juga turut mengecam pemilik PT WWI , Fery Tanaya. Walau tidak ikut hadir dalam pertemuan ini, Fery dinilai tidak serius memperhatikan nasib karyawannya.
Mereka juga menyoalkan langkah Fery Tanaya yang tidak menyuplai seluruh hasil penebangan kayu log ke PT WII, melainkan banyak yang dikirim dan dijual ke luar Buru. Bahkan Ketua Dewan sempat ikut mengkritik Fery Tanaya, karena sikapnya selama ini kurang menghargai Forpimda di Buru. Dalam kasus pembebasan lahan PLN untuk pembangkit listrik misalnya, Fery pernah diundang Forpimda tapi tidak diindah (BB-DUL)