Retaknya Gelas Peradaban
Bayangkan, seorang wanita diceritakan memilih lelakinya berdasar pada (maaf) alat vitalnya. Para lelaki berdiri melingkari wanita tersebut tanpa busana, lantas alat vital mereka mulai disentuh satu persatu.
Saat dia meneliti bagian itu, pembawa acara yang juga seorang perempuan ikut mengomentari. Pikiranku malah terbang membayangkan sengitnya ibu - ibu saling tawar menawar saat transaksi jual beli di pasar tradisional.
Dan acara ini tayang di siang hari tanpa sensor.
Yaa Robb, apa yang sedang terjadi ?
Bagaimana nasib anak keturunan kami nanti ?
Kukira di negara yang "katanya" maju ini, para wanitanya akan memilih lelaki berdasarkan isi kepalanya. Ternyata aku salah. Mereka malah jauh lebih primitif dibanding wanita - wanita di negara berkembang.
Ayah, bunda...
Perketat pergaulan anak - anak kita. Jika perlu kontrol dunia mereka. Nyata maupun maya.
Peradaban ini sudah melewati titik puncaknya. Masa kegemilangan telah redup. Manusia dan hewan kini dalam derajat yang sama.
Kabar terbaru belum lama ini, parlemen Thailand meloloskan beleid pernikahan kubu pelangi. Dengan demikian, Thailand menjadi negara Asia Tenggara pertama yang melegalkan hal tersebut.
Menurut seorang anggota parlemen Muslim di sana, undang - undang pernikahan sesama jenis itu tidak berlaku untuk Muslim di empat provinsi yaitu Satun, Yala, Pattani, dan Narathiwat.
Tumpah ruah masyarakat Thailand menyambut gembira keputusan tersebut. Slogan mereka,
" Akhirnya cinta yang menang, " diteriakkan sepanjang jalan.