“Kami masih terkendala dengan angkutan kapal yang kami pakai untuk menampung hasil tangkapan ikan dari nelayan binaan SOLID,”ungkap Madja.

Ketua Koperasi Etarsia itu, sempat menjalin kerjasama dengan  Federasi Karya Mandiri binaan program SOLID di Desa Kilwaru, sebagai mitra untuk mendistribusikan hasil tangkapan ikan demarshal dari 10 kelompok mandiri  binaan SOLID di Desa Kilwaru.

Belasan ton hasil tangkapan nelayaan binaan program SOLID SBT, berupa ikan mentah ini selanjutnya di pasarkan di kota Ambon, setelah ditampung  oleh kapal Inka Mina 172 yang disewa oleh Koperasi Etarsia.

“Alhamdulillah, nelayan disini sudah terbantu, dengan kehadiran kami di tengah mereka. Hasil tangkapan nelayan juga dapat terjual dengan cepat, tanpa harus melakukan pengawetan dengan es dalam waktu yang lama,”kata Madja penuh optimis.

Pengakuan Madja juga diperkuat  Ismail Rumau. Mail  mengakui federasi yang dipimpinnya tengah menjalin kerjasama dengan Koperasi Etarsia yang bergerak di bidang perikanan tersebut. 

Kerjasama itu dilakukan setelah 10 kelompok mandiri binaan Program SOLID yang dibawahi federasi, mengalami kendala untuk memproduksi ikan asin dan produk turunan lainnya.  Sebab,  bahan baku berupa ikan mentah yang merupakan hasil tangkapan nelayan SOLID berlimpah.

“Jika kami hanya bertahan dengan melakukan pengolahan hasil dari ikan yang diperoleh nelayan, maka sudah pasti nelayan binaan SOLID akan kesulitan untuk menyambung hidupnya, lantaran produk ulahan kami berupa ikan asin dan produk lainnya, masih terkendala dengan akses pasar,”tandas Rumau.

Pengakuan Ismail Rumau dan realita yang terjadi saat ini, seakan menjadi bumerang terhadap eksistensi warisan program SOLID di Desa Kilwaru.

Sudah ratusan juta bahkan miliaran rupiah dana pemberdayaan, digelontorkan.  Penguatan kapasitas kelembagaan hingga intervensi program dari sisi teknologi dilakukan di sejumlah desa di Maluku. 

Tahun 2018 adalah tahun berakhirnya Program SOLID termasuk di Kabupaten SBT, apa yang terjadi pasca berakhirnya sentuhan program di masa mendatang?

Kabupaten Maluku Tengah, Seram Bagian Barat, Buru, Bursel dan SBT, sepertinya tidak nampak akan adanya intervensi lanjutan terhadap desa-desa binaan SOLID.

“Intinya kami tetap bersyukur atas apa yang selama ini kami peroleh, untuk kedepan semoga lewat pengalaman kami selama ini, paling tidak kami bisa berpikir untuk mandiri dan tetap menjaga apa yang telah diwariskan program SOLID kepada kami,” beber Ismail.

Pewarta : dhino pattisahusiwa