Dari TKP juga diamankan sejumlah barang bukti, antara lain dua buah mata tombak yang masih melekat di tubuh korban yang diduga milik pelaku. Dua buah gagang tombak (diduga milik pelaku), satu buah parang, baju kaos warna biru dan celana pendek warna merah milik korban.

Selanjutnya, Aipda Djamaluddin lebih jauh menjelaskan, sebelum peristiwa naas itu terjadi, Elias Nurlatu bersama saksi MB, MNH dan MLN baru saja pulang belanja dari Dusun Mesayang, Desa Nafrua.

Saat Elias Nurlatu dan para saksi melintas di Gunung Kadianlahing hendak menuju Desa Watampuli, ketiga rekannya berjalan di depan dan Elias berada di belakang sekitar 25 meter.

Tiba-tiba ketiganya dikejutkan dengan teriakan korban, sehingga spontan mereka menoleh (menengok) ke belakang.

"Ketiga saksi kunci ini menyaksikan ada tujuh  orang muncul dari balik tebing dan ada yang menombak Elias Nurlatu,"tutur Aipda Djamaluddin.

Bukannya berbalik menolong Elias, tapi MN, MNH, dan MLN mengambil langkah seribu meninggalkan rekannya. Ketiganya berlari pulang ke Watimpuli lalu memberitahu warga.

Kemudian Kepala Soa Watampuli, Linus Nurlatu bersama masyarakat menuju ke TKP. Namun tujuh pelaku penyerang sudah tidak ada.

Sinus Nurlatu dan warganya melihat korban tergeletak di tepi jalan setapak dengan kondisi badan dan kepala bermandikan darah, akibat banyak luka sayatan benda tajam.

Ada dua mata tombak juga tertancap di tubuh korban. Satu gagang tombak masih utuh dengan matanya dan satu lagi sudah patah dan tertinggal di sisi korban.

Kepala Soa Linus Nurlatu bersama masyarakat Desa Watampuli berupaya mencari para pelaku di sekitar TKP, namun tidak ditemukan. Sesudah itu baru Sinus Nurlatu melaporkan kejadian tersebut kepada pihak kepolisian (BB-DUL)