Tag: editorial

Jambu Mete di Ujung Masa Jabatan

Pemerintah Provinsi Maluku sepertinya masih terus semangat melakukan penjajakan kerjasama dengan sejumlah investor. Hampir semua sektor telah dijejaki, terakhir sektor perkebunan jadi incaran yang belum pupus dilakukan.

Lekangnya Minyak Tanah di Tanah Raja-raja

Sungguh ini sebuah elegi. Sejarah mencatat tanah kita bukan saja dikenal sebagai The Spicy Island, pulau penghasil rempah terbesar di dunia. Tapi juga isi perut bumi Maluku telah lama digarap untuk kepentingan Negara. Sudah seabad lebih Nusa Ina menghasilkan minyak mentah.

‘Kambing Hitam’ Sabuai

Media jenis ini dinilai berperan di luar koridor dengan membesar-besarkan isu tentang banjir di Desa Sabuai yang malang itu. Kira-kira demikian kesimpulan dari sebuah statemen yang dilontarkan salah satu pejabat teras di Kabupaten Seram Bagian Timur.

Wakil Rakyat di Malteng, Sesekali Menangislah..!

Itulah sebabnya lembaga legislatif juga disebut Parlemen. Istilah yang diambil dari Bahasa Inggris. Berasal dari Anglo-Norman pada abad ke-14, asal katanya dari ‘parler’ yang berarti "untuk berbicara". Makar ruang, uang dan waktu bagi mereka yang duduk di Parlemen selalu ada.

Petaka Sabuai dan ‘Surat Sakti’

Apakah hanya Yongki yang bersalah? Pertanyaan ini memang tak bisa dihindari. Namun tak gampang juga diuji. Sebab proses pembukaan lahan atau pembabatan hutan yang dilakukan Yongki di bawah bendera  CV. SBM, tidak hadir begitu saja.

Rohani yang Tulus

Satu yang tampak terlihat mungkin yang kini dilakukan bakal calon kepala daerah di Kabupaten Seram Bagian Timur (SBT) ini. Dialah Rohani Vanath (RV) yang digadang melalui jalur perseorang (independent).

Jangan Mudik, Contohi Sikap Umar Bin Khattab

Umar mengadakan perjalanan dari Madinah menuju Syam bersama para Sahabat-sahabat Nabi Muhammad.  Dengan maksud untuk menguatkan pasukan Muslimin di sana dan membagi harta warisan para shahabat, setiba di Sargh, sebuah perkampungan ke arah Syam di penghujung wilayah Hijaz, Umar berjumpa dengan rombongan Abu Ubaidah al-Jarrah.

‘Empat Puluh Hari’ di Dubrovnik

Kata ‘karantina’ berasal dari quarantena, bentuk bahasa Venesia yang berarti “Empat Puluh Hari”. Istilah ini diambil  dari isolasi kapal selama 40 hari dalam rangka praktik pencegahan penyakit pes yang disebabkan oleh bakteri Yersinia pestis.