Dengan modal kredit di bank sebesar Rp15 juta,  keramba ikan pun berhasil dibuat dan diapungkan di lokasi pantai Gudang Arang, Teluk Ambon. Lokasi tersebut dipilih karena tidak jauh dari rumahnya.

“Lokasi ini saya pilih karena gampang untuk diawasi dan bisa kapan saja kami datangi dan juga mudah untuk mendapatkan pakan ikan di pasar Kota Ambon” katanya.

Bermodalkan benih ikan kerapu bebe [kerapu tikus] yang dibeli dari Balai Perikanan Budidaya Laut (BPBL) Ambon, Jefry bersama keluarga kecilnya kemudian memulai usaha tersebut. Namun, sebagai pendatang baru di usaha ini, pria asal MBD ini mengaku awal-awal usahanya itu dilalui dengan cukup sulit.

“Saya dihadapkan dengan kondisi benih yang cukup sulit. Tingkat pemeliharaan yang sangat rumit, waktu budidaya hingga produksi cukup lama 1 tahun 2 bulan,  namun saya tetap bertahan dan berjuang,” urainya.

Jefry mengaku, kondisi ini yang kemudian menjadi tantangan. Pasalnya, keluarga Jefry menganggap apa yang dilakukan tidak semudah yang dipikirkan, lantaran dirinya tidak memiliki latar belakang pengetahuan tentang budidaya ikan.

 

Rumah makan terapung milik Jefry juga dikunjungi para turis

Meski tantangannya tidak sedikit, Jafry tetap getol memperjuangkan ide brilian membangun keramba ikan dari botol bekas itu. Ia pun tetap berusaha dengan sejumlah cara agar apa yang dilakoni bisa membuahkan hasil.

“Saya hanya ingin tunjukkan kepada warga bahwa saya berhasil,” ketusnya.

Beralih Bangun Rumah Makan Apung

Sukses membangun keramba jaring apung dengan konsep botol plastik bekas, Jefry kemudian mengembangkan usaha dengan membangun rumah makan apung di lokasi yang sama.

Jika awalnya, hasil ikan yang budidaya hanya dijual ke sejumlah restoran di Kota Ambon, Jefry akhirnya nekat untuk membangun rumah makan terapung.