“Idenya banyak dari teman. Mereka menyarankan saya membuka rumah makan terapung. Namun saat itu saya masih berpikir gimana caranya orang bisa ke sini,” ungap Jefry.

Setelah berpikir panjang, bersama istrinya kemudian memutuskan untuk mewujudkan niat membangun rumah makan terapung itu. Dari ide tersebut, kemudian konstruksi keramba ikan yang dibangun menggunakan botol pelastik bekas ditambah dengan drum plastik, untuk menahan beban bangunan yang dibangun.

Di bulan Maret 2021, rumah makan terapung milik Jafry akhirnya resmi beroprasi.  Untuk mengajak banyak pengunjung ke rumah makannya, Jefry pun punya konsep yang unik. Setiap calon pengunjung harus lebih dulu menghubunginya. Karena untuk ke rumah makan apung, para pelanggan harus dijemput di Pantai Gudang Arang menggunakan Speedboat miliknya.

 

Jefry dibantu anaknya saat menimba ikan dalam keramba

“Itu konsep kita. Jadi paketan. Pengunjung yang mau makan di sini, dijemput harganya sudah sekalian dengan menu makannya. Jadi satu paket untuk 1 orang Rp60 ribu,”pungkasnya.

Lalu seperti apa  paket yang ditawarkan?  Jafry menjelaskan, setiap orang harus terlebih dulu menghubunginya. Tentunya untuk menentukan waktu kunjungan agar   dijemput. Paketnya untuk satu orang adalah 1 ekor ikan jenis kakap atau koe lengkap dengan lauk berupa colo-colo. Jika saat makan ada tambahan, baru akan dihitung lagi.   

 “Satu yang kami jaga dari sisi pelayanan adalah, kami harus pastikan setiap pengunjung akan menyantap ikan segar. Makanya kalau belum ada di sini, kami tidak akan mengolah ikannya. Ikannya harus masih hidup,” pungkasnya.

Konsep ini pun ditawarkan melalui media sosial, untuk mengajak calon pengunjung menyantap ikan segar di rumah makan terapung itu.

Kini dari usaha rumah makan terapung di Kawasan Pantai Gudang Arang [Teluk Ambon] itu, Jafri mengaku setiap bulan mampu mendulang uang puluhan juta rupiah. Waktu beroperasinya pun sampai malam, mulai dari pukul 11.00 WIT sampai dengan pukul 23.00 WIT.

Bahkan, kata dia, pemilik Restoran Sari Gurih dan Sari Rasa yang dulunya menjadi bosnya karena sering memasok ikan ke mereka, kerap berkunjung ke rumah makan miliknya.

Selain itu, Jefry juga mampu mematahkan image keluarganya yang selama ini menganggap dirinya tidak mampu menjalankan usaha itu, karena tidak punya pengetahuan budidaya ikan.

Sekarang, Jafry bahkan menguasai semua sisi tentang budidaya ikan. Mulai dari cara menghitung jumlah ikan per kolom, jumlah pakan yang harus diberikan sampai pada pengendalian penyakit pada ikan akibat perubahan iklim.

“Ini semua berkah. Sesulit apapun usaha yang kita jalani, kalau kita tekun pastinya akan membuahkan hasil yang maksimal,” tutup Jafry (*)  

 Pewarta : dhino pattisahusiwa