Walikota: Tantangan Penanganan Covid-19 adalah Minimnya Fasilitas Kesehatan

BERITABETA.COM, Ambon – Sejauh ini proses penanganan Covid-19 yang dilakukan Pemerintah Kota Ambon sudah berjalan maksimal, namun masih terdapat beberapa tantangan dan keterbatasan dalam merawat pasien positif corona.
Ihwal ini diungkap Walikota Ambon Richard Louhenapessy, dalam dialog yang berpusat, di Media Centre Satuan Tugas Penanganan Covid-19, Graha Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Jakarta, Sabtu (25/7/2020) pekan kemarin.
Walikota mengatakan, sejak kasus pertama Covid-19 muncul di 22 Maret 2020 lalu, Pemerintah Kota Ambon beserta seluruh aparat langsung mengambil langkah preventif maupun represif, dan menyatakan status tersebut dalam Kejadian Luar Biasa (KLB).
Kemudian, penanganan dimulai dengan mencari pakar epidemiologi untuk menganalisa perkembangan dan skenario puncak penularan Covid-19. Setelah dikaji, kata Walikota, pemerintah dan aparat daerah melakukan mitigasi sesuai kajian yang telah dibuat.
“Jadi, kami mengambil langkah preventif maupun represif berdasarkan kajian pada data yang tersedia. Jika tidak dilakukan, maka penularan Covid-19 akan sulit dikendalikan,” ujar Walikota.
Menurut dia, tantangan yang dihadapi dalam penanganan Covid-19 adalah keterbatasan fasilitas kesehatan untuk merawat pasien. Atas dasar itu, Pemerintah Kota lalu memutuskan untuk menggunakan Gedung Pendidikan dan Pelatihan Pemerintah setempat untuk merawat pasien Covid-19.
“Jadi kita gunakan Gedung Pendidikan dan Pelatihan Pemerintah daerah. Selain itu, kita juga menyewa hotel bintang tiga untuk tempat merawat pasien,” ungkap Walikota.
Tantangan lain, menurut Louhenapessy yakni, soal kepercayaan masyarakat terhadap wabah tersebut, sehingga segala kebijakan yang ditempuh Pemerintah Kota Ambon, tidak serta merta diterima masyarakat.
Meski demikian, Pemerintah Kota Ambon bersama aparat setempat tetap menangani kasus itu penuh konsisten, serta memiliki keterbukaan informasi dan terus melakukan sosialisasi. Sehingga, rasa percaya kembali tumbuh di tengah-tengah masyarakat.
Louhenapessy mengatakan, langkah awal pemerintah sudah dihadapkan dengan resistensi yang luar biasa. Banyak masyarakat menolak Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
“Mereka menggelar aksi unjuk rasa dan menyatakan corona hanya rekayasa pemerintah. Meski begitu, kami tetap konsisten dan terbuka tentang data dan langkah penanganan, serta melakukan pendekatan dengan cara sosialisasi,” katanya.
Dia juga mengungkap, pendekatan Pentaheliks menjadi salah satu langkah yang diambil dalam penanganan Covid-19. Karena memang, sangat efektif dan positif dalam menekan penularan Covid-19.
“Kami selalu memberikan peran besar kepada pemerintah setempat, akademisi, masyarakat, media massa dan dunia usaha untuk berkolaborasi dalam penanganan Covid-19,” ujarnya. (BB-AHM)