Wara-wiri dan ‘Janji Manis’ Ambon New Port

Wara-wiri, lalu lalang, hilir mudik atau mondar mandir. Pilihan kata ini dipakai Anggota Komisi IV DPR RI Dapil Maluku Saadiah Uluputty saat menyampaikan protes keras mematahkan pernyataan Menteri Kelauatan dan Perikanan [KKP] Wahyu Sakti Trenggono.
Politisi PKS itu kesal dan marah. Saadiah tak terima dengan penjelasan Menteri Wahyu yang menyebut untuk membangun integrated port [Ambon New Port] tidak ada dananya.
Tak salah jika srikandi Maluku itu menyebut pemerintah telah membohongi rakyat Maluku. Terlepas dari jadi tidaknya proyek yang dilebeli strategis nasional itu, tapi faktanya, isu Ambon New Port dan Lumbung Ikan Nasional sudah terlanjur dijanjikan kepada masyarakat Maluku.
Kata wara-wiri memang bukan pepesan kosong. Faktanya memang demikian. Ribuan pasang mata melihat dan menyaksikan, bagaimana satu persatu pejabat negara tiba di Kota Ambon dan menyampaikan statemen terkait program strategis nasional ini.
Ambon atau Maluku seakan menjadi magnet para pejabat tinggi negara. Mereka datang dan pergi. Mulai dari Presiden RI Joko Widodo sampai dengan jajaran pejabat setingkat menteri. Termasuk Menteri Wahyu Sakti Trenggono.
Apa yang terjadi? Wara-wiri pun berakhir dengan ‘janji manis’. Bahkan kunjungan dan meninjau secara langsung lokasi-lokasi yang dibidik sebagai tempat dibangunnya mega proyek itu pun sering terjadi.
Memang tak mudah. Membangun infrastruktur skala nasional. Tentu membutuhkan perencanaan yang cukup matang. Selain anggaran, sejumlah persiapan pun harus lebih dulu dilakukan.
Persoalannya bukan pada waktu realisasi. Kapan dimulainya mega proyek bernilai triliunan rupiah itu. Legislator asal Maluku itu begitu kesal dan marah lantaran dua program starategis nasional ini, sudah terlanjur dijanjikan sejak lama.
Jika saat ini Menteri Wahyu Sakti Trenggono dengan gamblang menegaskan tidak ada anggaran untuk membangun integrated port, lantas buat apa selama ini janji manis itu diumbar?. Buat apa pula wara-wiri ke Maluku?
Orang Maluku tidak pernah meminta pemerintah untuk menjadikan daerahnya sebagai Lumbung Ikan Nasional. Begitu pula dengan Ambon New Port. Kedua program ini adalah ide dan rancangan yang dijanjikan pemerintah pusat.
Orang Maluku hanya meminta perhatian, setera dengan apa yang telah diberikan kepada nagara. Baik dari sisi sumber daya manusia di saat negara ini berjuang memerdekakan diri, hingga pada sumber daya alam yang melimpah dan selama ini menjadi tumpuan devisa bagi negara.
Tiga Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) yang berada di dalam Provinsi Maluku ternyata selama ini menjadi tumpuan devisa. WPP-714, WPP-715, dan WPP-718. Maluku memiliki potensi tangkapan ikan sebesar 4,7 juta ton per tahun atau 37% dari total nasional.
Pak Menteri pun tidak mungkin lupa dengan statemennya tentang potensi hasil laut Maluku yang disampaikan pada Minggu 6 Fabruari 2022 lalu.
Menteri Wahyu saat itu menyebut potensi hasil laut dari Maluku yang berada di zona 3 mencapai 3,9 juta ton per tahun. Nilainya mencapai Rp117 triliun.
Rp117 triliun itu merupakan sebuah angka yang cukup fantastik. Jika dikali lima tahun masa kepemimpinan dalam pemerintah di negara ini, hasilnya ada Rp585 triliun.
Dari hasil laut ini, maka sangat wajar bila janji – janji itu ditunggu dan ditagih oleh masyarakat Maluku. Jangan heran bila ada kalimat ‘Pemerintah pusat membohogi orang Maluku’.
Banyak anak Maluku berpendapat, Maluku seakan tidak mendapat perhatian serius dari pemerintah. Kebijakan fiskal jauh dari beban yang harus ditanggung, keberpihakan program juga masih relatif terbatas dari yang harus dilakukan, bahkan orang-orangnya pun makin jauh dari pusaran kekuasaan.
Kita pun tidak lupa dan tidak pernah akan lupa. Saat sejumlah program nasional dicanangkan pemerintah, Maluku pun terkesan hanya diiming-iming. Sebut saja upaya memasukkan Maluku serta 8 daerah lainnya sebagai Daerah Kepulauan yang hinggi kini RUU -nya masih di awan-awan. Begitu pun perjuangan Kawasan Ekonomi Khusus [KEK] Banda yang juga tak jelas nasibnya.
Padahal, jika dirunut ke belakang, dari Banda Maluku dan gugusan pulau-pulau kecil di Maluku ini, telah mengantarkan Indonesia dikenal di belahan dunia. Dari Maluku bangsa ini menjadi besar dan dikenal oleh bangsa-bangsa Eropa, karena rempahnya yang mendunia sehingga dilebeli Spice Island. Maluku pula yang membuat nilai tawar Indonesia makin besar menjadi bangsa yang merdeka.
Tapi apalah daya, banyak janji yang terucap tapi juga cepat menguap dan tidak berbekas. Ambon New Port dan Lumbung Ikan Nasional hanyalah bagian dari cerita perjuangan orang Maluku mendapatkan keadilan negara.
Harapan yang digadang-gadang bakal menjadi tumpuan peningkatan kesejahteraan masyarakat Maluku pun seakan ‘jauh panggang dari api’. Kisahnya bagai sinetron. Dari episode ke episode selalu menegangkan dan menuai tanya.
Tapi sudahlah, tetaplah optimis mendukung semua kebijakan pemerintah, mungkin hanya soal waktu. Semoga wara-wiri akan berakhir dengan warna warni kesuksesan dan kesejahteraan rakyat Maluku di masa mendatang (*)