Inggris sendiri menjadi salah satu negara di dunia yang paling terpukul oleh virus corona. Menurut catatan Worldometer, hingga Rabu (13/5), Inggris telah mencatat 226.463 kasus corona dengan 32.692 pasien COVID-19 meninggal.

Sedangkan Swedia menjadi negara yang paling terdampak virus corona di wilayah nordik, jika dibandingkan Denmark, Norwegia, dan Finlandia. Menurut catatan terakhir Worldometer, Swedia telah mencatat 27.272 kasus corona, dengan 3.313 pasien meninggal, dan 4.971 orang sembuh.

Rumor penerapan herd immunity juga terjadi di Indonesia. Sebagian pihak beranggapan, rencana pemerintah baru-baru ini untuk melonggarkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) merupakan bentuk pelaksanaan kebijakan herd immunity.

Rumor ini telah beredar sejak awal pandemi virus corona. Anggapan tersebut lebih disebabkan oleh kebijakan pemerintah yang dinilai kurang tegas dalam menangani wabah. Pemerintah Indonesia sendiri tidak pernah mengklaim menerapkan kebijakan tersebut.

Namun rumor ini dibantah oleh juru bicara pemerintah untuk penanganan COVID -19, Achmad Yurianto (Yuri) seperti dikutip dari detikcom, Kamis (14/5/2020).

Menurut Yuri, ini bukanlah relaksasi PSBB. Sesuai dengan namanya, PSBB adalah pembatasan, bukan pelarangan, maka pembatasan usia yang boleh beraktivitas kerja juga termasuk dalam PSBB.

“Yang bilang pelonggaran PSBB siapa? Justru ini malah dikencangkan. Sekarang ini dibatasi yang di bawah 45 tahun saja yang boleh bekerja di luar rumah,” kata Yuri.

Bukankah mengizinkan orang berusia 45 tahun ke bawah untuk ke luar rumah itu berarti memperbesar risiko penularan ke kelompok usia rentan 45 tahun ke atas? Yuri menjawab, orang berusia 45 tahun ke bawah yang pergi ke luar rumah diwajibkan tetap menjalankan protokol PSBB supaya tidak tertular Corona.

“Ini tetap PSBB, maka kalau mau di luar harus tetap menjaga jarak, memakai masker, cuci tangan pakai sabun, dan lepas baju dan mandi bila pulang ke rumah. Kalau dia ke luar rumah kemudian tidak pakai masker dan tidak menjaga jarak ya kena lah dia,” kata Yuri.

Pada pekan ini pemerintah mengizinkan orang berusia 45 tahun ke bawah untuk dapat keluar rumah dan bekerja. Pemerintah beralasan, hal ini untuk mencegah potensi PHK yang lebih besar.

“Kelompok muda usia di bawah 45 tahun mereka adalah secara fisik sehat, mereka punya mobilitas tinggi dan rata-rata kalau toh mereka terpapar mereka belum tentu sakit, mereka tidak ada gejala. Kelompok ini tentunya kita berikan ruang untuk beraktivitas lebih banyak lagi sehingga potensi terpapar karena PHK bisa kita kurangi,” ujar Doni Monardo, Kepala Gugus Tugas COVID-19 di Indonesia, dalam jumpa pers, Senin (11/5/2020).

Alasan yang disampaikan Doni tersebut berbahaya, kalau tidak mau disebut tak relevan. Sebabnya, meski belum tentu sakit, orang berusia 45 tahun ke bawah bisa menularkan ke orang yang lebih tua dan rentan.

Dari data yang disampaikan pemerintah di situs covid19.go.id, orang berusia 46-59 tahun menyumbang 39,6 persen kematian di Indonesia yang berjumlah 1.028 kematian. Sedangkan rentang usia pasien 60 ke atas menyumbang 45 persen dari total kematian.

Selain itu, data dari situs covid19.go.id menunjukkan, sebanyak 14,2 persen dari total kasus meninggal di Indonesia disumbang oleh pasien usia 18-45 tahun. Kategori usia 18-45 tahun juga menyumbang 48 persen kasus virus corona di Indonesia.

Kembali ke WHO, menurut Mike Ryan, negara yang bertanggungjawab mestinya menghargai nyawa masyarakat mereka. Ryan pun menegaskan bahwa COVID-19 adalah masalah serius dan tak boleh dianggap enteng oleh masyarakat.

“Negara-negara anggota (WHO) yang bertanggung jawab akan melihat semua populasi mereka – mereka menghargai setiap anggota masyarakat dan mereka berusaha melakukan segala yang mungkin untuk melindungi kesehatan sementara pada saat yang sama, jelas, melindungi masyarakat dan melindungi ekonomi dan hal-hal lain,” kata Ryan.

“Ini adalah penyakit serius, ini adalah musuh publik nomor satu, kami telah mengatakannya berulang-ulang,” pungkasnya (BB-DIP/DCT)