Sementara dalam dialog tersebut, Syauta mengatakan,  untuk mengatasi ancaman ini pihaknya akan ikut membantu menyelamatkan kondisi kota ini dengan melakukan penghijauan secara bertahap.

Dalam waktu dekat, sebanyak 500 hingga 1.000 anakan pohon, akan diberikan kepada masyarakat serta kelompok peduli lingkungan dan juga GPM, untuk berpartisipasi melakukan penanaman di daerah resapan air di Ambon, termasuk di objek Wisata Pantai Natsepa dan target berikutnya di Pulau Pombo, Maluku Tengah.

Dalam dialog yang mengusung tema, ‘GPM Peduli Bumi,’ ini juga  menghadirkan sejumlah narasumber antaranya, Wakil Ketua Majelis Pekerja Harian (MPH) Sinode GPM, Pendeta Hendrik Izack Hetharie dan salah satu Penerima Penghargaan Kalpataru, Wutmaili Romuty, Guru SMK Negeri 3 Ambon.

Dalam kesempatan itu,  Pendeta Hendrik Izack Hetharie mengatakan, selama ini, pihaknya telah ikut mendorong seluruh Warga Jemaat GPM, untuk ikut menyelamatkan bumi dari kepunahan.

Nantinya, tepat pada Minggu (6/6/2021), Warga Jemaat GPM usai ibadah, akan dikasih masing-masing satu anakan pohon untuk ditanam di lingkungan tempat tinggal.

“Kegiatan ini kita harapkan dapat membuat umat lebih menghargai dan memahami pentingnya menjaga alam dan lingkungan, sekaligus mengajak umat menjadi kreatif dan mandiri dalam situasi pandemi Covid- 19 ini,” ungkapnya.

Sementara itu, Penerima Penghargaan Kalpataru Tahun 2018 Kategori Pengabdi Lingkungan, Wutmaili Romuty yang juga  merupakan Guru SMK Negeri 3 Ambon, dalam kesempatan itu ikut mengajak semua warga Kota Ambon, untuk  menjaga lingkungan melalui ide-ide kreatif.

Wutmaili menerima Penghargaan Kalpataru karena dinilai telah menginisiasi penerapan teknologi sederhana. Beberapa penerapan teknologi itu diantaranya, alat daur ulang limbah kertas menjadi paper block, acoustic, bahan pelepah pisang yang didaur ulang untuk pembuatan kap lampu dan kertas seni, alat pirolis sampah organik menjadi briket biomassa (BB-DIO)