Al-Khelaifi, ‘Mesin Uang’ di Balik Bersatunya Messi dan Ramos
Setelah pensiun, Al-Khelaifi tidak sepenuhnya meninggalkan tenis. Pada November 2008, dia terpilih menjadi presiden Federasi Tenis Qatar (QTF). Kemudian, pada 2011, Al-Khelaifi terpilih sebagai wakil presiden Federasi Tenis Asia (ATF) untuk wilayah Asia Barat.
Terjun ke Dunia Sepak Bola
Berkat penampilan di lapangan tenis itulah dia bisa bertemu dengan Emir Qatar, Sheikh Tamim bin Hamad al-Thani. Putra Sheikh Hamad bin Khalifa Al Thani itu juga penggemar berat olahraga.
Saat masih berstatus putra mahkota, Sheikh Tamim menjadi pengurus di banyak organisasi olahraga di Qatar, termasuk tenis. Dia banyak mendukung kiprah Al-Khelaifi di lapangan tenis. Hubungan itu terus berlanjut hingga Al-Khelaifi menjadi Emir Qatar dan Al-Khelaifi pensiun sebagai petenis.
Ketika pemerintah Qatar mendirikan QSI, Al-Khelaifi ditunjuk menjadi CEO. QSI adalah bagian dari Qatar Investment Authority (QIA). QIA didirikan pada 2005 oleh ayah Sheikh Tamim dengan tujuan memperkuat ekonomi melalui pendanaan sejumlah proyek internasional maupun perusahaan multinasional.
Salah satu yang terkenal adalah PSG. Menyusul penguasaan itu, Al-Khelaifi menjadi presiden dan CEO baru PSG sejak 7 Oktober 2011.
Di era QSI inilah PSG menjelma menjadi klub yang tak tertandingi di Ligue 1. Mereka juga memecahkan rekor transfer dunia atas nama Neymar da Silva Santos Junior.
Namun, bukan penguasaan PSG yang membuat Al-Khelaifi dianggap sebagai orang paling berkuasa di Prancis, melainkan statusnya sebagai CEO beIN Media Group. Menggunakan bendera beIN Sports, grup ini memiliki 22 saluran termasuk 17 saluran HD dan siaran di Timur Tengah, Afrika Utara, Eropa, Amerika Utara, Australia, dan Asia.
Strateginya, selain membangun jaringan olahraga premium beIN, adalah mengembangkan ambisi grup di bidang olahraga dan hiburan di sektor produksi, distribusi, dan media digital. Mereka menguasai semua tayangan sepakbola utama di Eropa.