BERITABETA.COM, Jakarta - Anggota Komisi IV DPR RI dari Fraksi PKS, Saadiah Uluputty secara tegas menyampaikan Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal (KEM-PPKF) Tahun 2026,  belum secara tegas menempatkan ketahanan pangan dan perlindungan petani serta nelayan sebagai prioritas fiskal yang nyata.

Aleg Dapil Maluku ini mengurai, meski capaian pertumbuhan sektor pertanian dan peningkatan produksi beras mendapat apresiasi, namun kebijakan anggaran belum menyentuh persoalan mendasar.

“Ini terutama dalam aspek distribusi manfaat, keadilan harga, serta perlindungan struktural bagi pelaku utama sektor pangan. Ketahanan pangan bukan hanya soal angka produksi dan ketersediaan pasokan, tetapi tentang memastikan petani dan nelayan mendapat keuntungan yang layak dan posisi yang kuat dalam sistem pangan nasional,” tegas Saadiah dalam rilisnya kepada beritabeta.com, Rabu 21 Mei 2025.

Wakil Rakyat Maluku di Senayaini mengatakan, masih rendahnya Nilai Tukar Petani (NTP) di sejumlah wilayah dan tingginya harga beras di atas HET menunjukkan bahwa manfaat pertumbuhan belum dirasakan merata oleh masyarakat akar rumput.

Ia juga menekankan pentingnya hilirisasi sektor pertanian dan perikanan agar petani tidak terus-menerus berada di posisi lemah sebagai penyedia bahan mentah.

“Tanpa kebijakan industrialisasi berbasis lokal, pelaku usaha tani akan tetap terpinggirkan dalam rantai nilai,” jelasnya.

Dalam hal ini, ia menyoroti perlunya pembangunan industri pengolahan dan distribusi pangan yang menyeluruh, serta penguatan koperasi dan UMKM sebagai pilar utama kemandirian ekonomi rakyat.

Dalam pengelolaan fiskal, Saadiah juga mengingatkan agar program-program besar seperti Koperasi Desa Merah Putih maupun pembentukan superholding Danantara diarahkan untuk memperkuat ekosistem pangan nasional, bukan hanya mengejar skala ekonomi yang besar tanpa keberpihakan pada pelaku usaha kecil.

"Saya berkeyakinan bahwa ketahanan pangan harus dibangun di atas fondasi keberpihakan fiskal yang kuat, reformasi tata kelola subsidi, dan sistem data pangan nasional yang akurat. Tanpa itu, kedaulatan pangan hanya akan menjadi jargon tanpa realisasi,” tandas Uluputty (*)

Editor : Redaksi