Berakhirnya era RU akan memungkinkan regenerasi politik yang tersumbat dari kader Golkar Buru mencari formasi baru yang lebih terbuka dan egaliter. Kader seperti Ikhsan Tinggapy memiliki kesempatan untuk berebut tiket Golkar bersaing dengan Gadis atau Rum. Ujian ini akan dihadapi Golkar diujung akhir masa jabatan RU.    

Tentu saja dukungan MI itu memberikan banyak tafsiran politik. Fery Renel, salah satu pengurus DPC PDI Malra misalnya, menyayangkan pernyataan dukungan politik MI kepada Aziz, sebab masih ada kader PDI P yang bisa digadang di Pilkada Buru. Berkaitan dengan hal ini keinginan MI menjagokan Aziz, dapat dilihat dari dua cara pandang.  

Pertama aspirasi kader PDI P dapat dinilai sebagai interupsi normatif terhadap MI, karena pernyataan MI mendahului mekanisme partai. Kedua pernyataan MI itu lebih realistis untuk memulai prakondisi pilihan politiknya sebagai salah satu tokoh politik, yang akan memberi dampak bagi arah politik dukungan partai lain, tidak hanya PPP dan PDIP kepada Aziz.  

Aziz sendiri cukup kompatibel dan akomodatif dari cara pandang kedua, karena dia tumbuh secara egaliter dan akomodatif dalam ekosistem politik di Buru dan Maluku.  Dari sisi pergaulan politik figurnya sangat inklusif dari semua diskursus dan juga medan komunikasi politik.

Modal lainnya adalah dia tumbuh dari aktifis kampus dan KNPI, Aziz juga kemungkinan bisa memahami banyak relasi sosial karena selain sebagai anak adat dan Raja di Buru, rekam jejak digitalnya mengindikasikan aziz pernah mengenyam pendidikan dan menetap lama di sejumlah daerah di Maluku, di Seram Selatan Maluku Tengah, Kota Tual, Maluku tenggara, Aru, Ambon hingga menyelesaikan bangku kuliah di Surabaya Jawa Timur.

Aziz sendiri tidak hanya menjadi bagian permanen dari faksi dan konflik politik dalam sejarah politik di Buru. Namun dia dekat dengan banyak pihak termasuk elit politik di Maluku selain MI juga dia memiliki hubungan baik dengan RU yang juga adalah iparnya, Aziz juga memiliki komunikasi baik dengan elit Parpol lainnya di Maluku juga dengan sejumlah elit parpol di Jakarta, terbangun lama, terutama dengan elit Parpol Ex aktifis KNPI dan HMI, Saat ini Aziz juga adalah Presidium KAHMI Maluku.

Aziz adalah politisi luwes dan terkenal egaliter, Pergaulan politiknya terhubung dengan banyak pihak. Tidak hanya menjadi politisi partikuler dan partisan di PPP saja, namun juga membangun relasi dan komunikasi serta kerja terbuka untuk kepentingan bersama dengan politisi dari partai lain.

Rekan sesama anggota DPRD Maluku, Wakil Ketua DPRD Maluku Melkianus Sairdekut, Politisi Gerindra ini dalam suatu acara pembukaan olah raga pernah menjulukinya sebagai politisi "Tukang Jahit" kedalam internal DPRD Maluku dan Eksternal DPRD karena bisa menjahit kebekuan/menjembantangi komunikasi dan kepentingan berbagai pihak.

Hal seperti itu juga yang membuat Aziz terkoneksi dengan banyak kemungkinan koalisi, dukungan MI adalah salah satu dari pengakuan akseptabilitas Aziz oleh ketua atau elit politik lain.

Di internal PPP Maluku sendiri Aziz adalah solidarity macker - perekat aspirasi kepemimpinan inklusif dalam partai ka’bah itu, karena didukung secara internal dan diterima secara eksternal. Dia didaulat secara aklamasi sebagai ketua PPP Maluku, dalam Muswil IX PPP di Ambon.