‘Balada Pelaut’, Duet Ruati Amien - Joan Raturandang di Akhir Masa Pengabdian
BERITABETA.COM, Masohi – Di tengah kesibukan mendampingi suami mereka sebagai -pasangan Bupati -Wakil Bupati Maluku Tengah periode 2018-2022, Ruati Amien Tuasikal -Joan Raturandang/Leleury tertangkap kamera sedang asyik melantunkan lagu berjudul “Balada Pelaut”.
Kedua sosok ibu yang dikenal supel dan selalu terjun mendampingi suami mereka dalam menjalankan tugas-tugas pengabdian itu, terlihat larut dalam lantunan musik bergendre contry itu.
Lagu berdialeg Manado ciptaan Ferry Pangalila memang sempat ngehits, karena berisi syair-syair tentang seorang pelaut yang suka menghamburkan uang untuk mendapatkan wanita [mata keranjang].
“Siapa bilang pelaut mata keranjang. Kapal bastom lepas tali lepas cinta. Siapa bilang pelaut pamba tunangan. Jangan percaya mulut rica rica,” potongan lirik lagu ini dilantunkan keduanya dalam video yang diunggah di laman Facebook pada, Senin (1/11/2021).
Lalu apa hubungan lagu ‘Balada Pelaut’ dengan kedua sosok ini? Tentu lagu dan syairnya tidak terkait langsung dengan keduanya.
Kebersamaan kedua sosok ini, menjadi tanda baik bahwa di masa akhir kepemimpinan suami mereka yang tersisa beberapa bulan lagi, keduanya tetap akrab menjalankan tugas hampir 10 tahun, dan menjadi teladan bagi kaum ibu di Maluku Tengah.
Ruati-Joan hanya menghibur para tamu yang hadir dalam acara Rapat Konsultasi TP-PKK Kabupaten Maluku Tengah yang dirangkai dengan Lomba Festival Pangan Lokal B2SA dan Lomba Masak Serba Ikan Tahun 2021.
Kegiatan ini dibuka oleh Bupati Maluku Tengah Tuasikal Abua dan terlaksana atas kerjasama antara TP PKK Maluku Tengah dengan Dinas Ketahanan Pangan, Dinas Perikanan & DPMPNPPPA Kabupaten Maluku Tengah.
Pada kesepatan itu juga dilaksanakan penandatangan perjanjian kerjasama antara Tim Penggerak PKK Kabupaten Malteng dengan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan tentang Perlindungan Jaminan Sosial Ketenagakerjaan bagi anggota Tim Penggerak PKK Maluku Tengah.
Ruati menyebut, raker PKK yang dirangkaikan dengan Lomba Festival Pangan Lokal B2SA dan Lomba Masak Serba Ikan ini, diharapkan dapat memberikan motivasi kepada seluruh anggota Tim Penggerak PKK agar makin solid, makin giat.
“Kita juga berharap semunaya makin serius dalam menjalankan tugas dan fungsinya demi terwujudnya kesejahteraan keluarga,” ungkap Ruati dalam sambutannya.
Selama memimpin PKK Malteng, kedua ibu ini kerap terlibat dalam membantu suami mereka dalam setiap kunjungan ke sejumlah desa dan kecamatan.
Seperti yang dilakukan Ruati Tuasikal selama pandemi Covid-19. Sejak pandemi corona terjadi di Maluku, Ruati acap kali terlihat meluangkan waktu untuk menanam ubi jalar di lahan kosong.
Mereka juga ikut mengajak masyarakat untuk bertani di masa pandemi yang serba sulit. Hasil dari aktivitas menanam itu lantas dibagikan ke masyarakat yang ada di desa-desa di wilayah tersebut.
“Awalnya saya mengajak ibu, saya bilang di tengah pandemi ini sebaiknya mari kita berkebun untuk membantu masyarakat, dan ternyata diterima,” kata Abua beberapa waktu lalu.
Setelah keduanya sepakat untuk berkebun, mulailah mereka mendiskusikan jenis tanaman apa yang akan ditanami. Sesuai hasil diskusi, pilihannya jatuh untuk menanam ubi jalar atau oleh masyarakat Maluku disebut patatas.
Abua menuturkan, langkah awal, ia dan istrinya kemudian mengajak beberapa masyarakat untuk ikut terlibat dalam penanaman ubi jalar. Mereka kemudian memanfaatkan lahan kosong di Maluku Tengah untuk dijadikan lokasi penanaman ubi jalar.
“Jadi, kami berdayakan masyarakat juga. Ada lahan masyarakat yang kami pakai juga, ada lahan pemda juga yang kami manfaatkan,” ujar dia.
Seteli tiga uang dengan Ruati, Joan Raturandang /Leleury juga kerap melakukan hal yang sama. Joan bahkan sempat tampil sebagai motivator sekaligus pencetus gerakan inovasi pembangunan.
Salah satu kegiatan yang pernah dilakukan adalah menggelar fasion show baju khas adat Maluku di negeri Belanda. Hasil desain busana adat Maluku karya Joan Raturandang ikut dikenakan kepada warga Belanda keturnan Maluku di Fashion Show, Belanda.
Joan memang bukan orang baru di dunia desain. Ia sekian lama sudah berkarya menjadi desainer dalam dunia fashion, Joan, akhirnya kembali berkiprah dengan mengasah kemampuannya di dunia modeling.
Sebelumnya, diakui Joan, dirinya pernah membuat event serupa di 3 negara berbeda.
“Saya pernah buat show di Amerika, tepatnya di Los Angeles dan Washington, Australia (Melbourne) dan New Zealand. Tapi waktu itu khusus pakaian perkawinan adat Minahasa,” Kata Joan.
“Sekarang, baru pertama kali ini saya buat untuk Maluku. Sebab sudah saatnya mengangkat nama Maluku di kancah international. Karena sekarang saya sudah di Maluku tengah. Nah, harus angkat seni/budaya Maluku,” papar Joan.
Pagelaran busana di gelar dalam acara 60 tahun perkumpulan Nusahulawano di Belanda. Mengusung tema fashion show, From Nusa Laut with love. The Spirit of Martha Christina Tijahahu. Bertempat di Partycentrum Zichtenburg, Den Haag Belanda, Sabtu 27 Oktober 2018.
Seluruh anak cucu dari Pulau Anyo-anyo Nusa laut, yang tergabung dalam perkumpulan Nusahulawano, sekitar 500 orang hadir pada acara itu.
Dalam pegelaran itu, Joan menampilkan 50 potong pakaian berkonsep adat Maluku. “Total koleksinya ada 50 potong motif baju. Termasuk kebaya dansa dan kebaya nona rok. Semuanya itu dibuat dalam waktu 4 bulan,” urainya.
Hasil rancangannya sendiri yaitu baju adat khas Maluku, yaitu baju Cele. Semua desainnya itu di gunakan oleh 14 peragawan dan peragawati asal Pulau Nusa Laut. Termasuk 2 orang anak kecil laki-laki dan perempuan.
Ruati -Joan seakan mengilustrasikan betapa beratnya menjalankan tugas sebagai seorang ibu dalam memberikan motivasi dan spirit bagi kedua suami mereka dalam memimpin Maluku Tengah
“Mana jo ngana pe sumpah. Mana jo ngana pe cinta. So samua kita pe punya ngana so minta,” tutup keduanya dalam lantunan lagu ‘Balada Pelaut’(*)
Pewarta : Edha Sanaky