Dengan rengking suaranya pada 6 kali Pemilu era Reformasi kebanyakan berada pada posisi runner up (kedua), hanya sekali pada Pemilu 2004 berada pada posisi kesatu perolehan suara.

2). Dari sisi pengakaran partai ini di tengah masyarakat sudah terealisasi dengan baik, dimana  warga masyarakat selaku pemilih mengenal Partai Golkar dengan baik pula.

Bahkan partai politik yang pernah di pipin Bung Harmoko ini, tidak mengantungkan nasibnya pada figuritas populer kharismatik layaknya PDI Perjuangan, Nasdem, Demokrat,  PKB dan Gerindra.

Siapapun figur yang menjadi Ketua  DPP Partai Golkar dan lantas turun dari jabatannya, partai ini tetap stabil, dimana tidak terjadi huru-hara politik secara berkepanjangan dan alot.

Ini dibuktikan dengan banyaknya pemilih, yang sering memilih partai ini dalam tiap kali Pemilu yang dihelat.

3). Legitimasi partai dan Pemilu, dimana  Partai Golkar selalu bersanding dengan siapapun partai pemenang Pilpres, untuk duduk dalam jabatan-jabatan di Pemerintahan seperti sebagai menteri dan wakil menteri, serta jabatan-jabatan strategis lainnya setingkat menteri.

Berikutnya 4). Mengukur dan menguji partai-partai sebagai suatu organisasi, tentu Partai Gokar dibawah kepemimpinan Bahlil sudah terealisasi sebagai suatu organisasi partai politik modern. Hal ini dilihat dari kemampuan parftai politik berlogo pohon beringin ini merealisasikan fungsi-fungsinya secara baik, untuk kepentingan publik di tanah air.

Relevan dengan itu, Scott Mainwaring dan Timothy Scully di Building Democratic Institutions (1995), mengusulkan empat kriteria melihat tingkat institusionalisasi dalam sebuah sistem kepartaian.

Pertama stabilitas dalam kompetisi antar-partai, kedua dalam hal apakah partai berakar dalam masyarakat, ketiga adalah legitimasi partai dan pemilu dalam menentukan yang tepat untuk memerintah, dan keempat adalah mengukur dan menguji partai-partai sebagai suatu organisasi.