Baris Indah yang Tak Indah di Tanah Pahlawan
BERITABETA.COM, Ambon – Siapa yang tak kenal Pulau Saparua? Di pulau ini banyak melahirkan sejumlah pahlawan nasional asal Maluku. Dari Pattimura sampai generasi Mr. Johanes Latuharhary dan Muhammad Padang yang juga menjadi Gubernur Maluku, semua dibesarkan disini. Pulau kecil ini, banyak pula melahirkan sejumlah pemimpin di Maluku.
Ironisnya, sejarah kedikdayaan para pahlawan dan orang-orang terpandang di pulau ini, belum terbayar dengan baik. Negara sepertinya lupa akan pulau kecil ini. Sebuah potret buram dapat terlihat pada saat perayaan HUT Proklamasi Kemerdekaan RI ke-74 yang digelar di Kota Saparua.
Ratusan pelajar di Kota Saparua, yang setiap tahunnya merayakan momentum kemerdekaan RI, masih harus menerima kenyataan bahwa kota kecil penuh sejarah yang mereka tempati itu, masih kering dari sentuhan.
Fakta ini kembali menjadi sentilan sejumlah netizen di dunia maya dengan menggunggah sejumlah foto dan video terkait perayaan HUT Proklamasi Kemerdekaan RI di Saparua.
Ada lomba baris indah yang dihelat, ratusan pelajar ambil bagian, tapi sepertinya lomba baris indah terlihat tidak indah, lantaran para peserta lomba harus melewati kubangan air yang ada di sejumlah ruas jalan utama kota kecil bernama Saparua itu.
“Inilah lomba baris indah di kota Saparua. Lomba ini hanya ada di kota kami, karena selain pesertanya harus kehujanan, mereka juga harus melewati kubangan air yang memenuhi ruas jalan di kota ini,” kata Leo Mailissa, salah satu pemuda Saparua penuh nyinyir kepada beritabeta.com, Sabtu malam (17/8/2019).
Sentilan Leo Mailissa, sepertinya bukan pepesan kosong. Sudah lama sejumlah ruas jalan yang melintasi kota tua ini, terabaikan begitu saja. Bahkan beberapa tahun terakhir ini, ruas jalan di kota Saparua, sering menjadi bahan gunjingan warga net, karena penuh lubang.
Leo dan sejumlah rekan pemuda, pernah mengancam akan menanam pohon pisang di tengah jalan, sebagai bentuk protes kepada pemerintah. Sikap-sikap protes itu sudah terjawab dengan kepastian adanya perbaikan dan pembangunan jalan oleh sejumlah pihak, namun hingga pada momentum perayaan HUT RI ke-74 ini, kondisi jalannya masih seperti sedia kalah, bahkan lebih parah lagi.
“Kita akan terus menyuaran ini sebagai bentuk protes. Ini bukan kota atau pulau tidak bertuan. Disini telah lahir para pejuang bahkan pejabat setingkat menteri di zaman kemerdekaan pun dilahirkan disini,” tandas Mailissa.
Kembali ke lomba baris indah, kata Leo, hanya nama lombanya saja yang terdengar elok, namun sebenarnya, inilah potret kesenjangan yang terlihat nyata.
“Ada baris indah yang tidak indah disini. Di kota dan pulau pahlawan penuh sejarah. Apa kata dunia, bila Saparua masih terlihat seperti ini?,” tanya Leo.
Leo bahkan membeberkan, fakta lain dengan menyebut Saparua telah melahirnya ratusan bahkan ribuan pemimpin di daerah ini bahkan nasional, baik di eksekutif, legislatif dan yunikatif, tapi sentuhan kepada daerah ini sepertinya selalu dilupakan.
“Ada seribu satu anak Saparua menjadi pemimpin di Maluku bahkan nasional. Mereka sepertinya lupa. Bahkan jika diteliti secara seksama, anak Saparua ada di setiap lini pemerintahan di daerah ini. Di lembaga terhormat DPRD, mereka silih berganti menjadi pemimpin, tapi inilah fakta dan kado 74 tahun Indonesia Merdeka, Saparua masih dipenuhi jalan berlubang,”bebernya (BB-DIO)