BERITABETA.COM, Ambon – Konsep penataan Kota Ambon dengan sejumlah taman yang indah digagas selama ini sepertinya hanya bersifat temporer.  Kata orang Ambon “Tiba masa, tiba akal’. Ini terlihat pada kondisi taman kota dengan relief pahlawan di kawasan Jenderal Sudirman, Tantui Atas, Kota Ambon.

Miris memang melihat kondisi taman kota yang dibangun sejak tahun 2017 itu. Relief empat Pahlawan Nasional asal Maluku yang diabadikan pada dinding batu di taman itu, terlihat sudah tidak terurus. Wajah empat pahlawan masing-masing, Thomas Matulessy, Ch Martha Tiahahu, Karel Satsuitubun, dan Johanis Leimena sudah dipenuhi rumput.

Pantauan beritabeta.com di lokasi taman itu, bukan saja wajah pahlawan yang tertutup rumput, air terjun yang sebelumnya dibuat turun dari tebing batu mempercentik taman tersebut juga tidak lagi berfungsi.

“Kurang tahu kami, soalnya sejak dibangun sampai saat ini tamannya memang tidak terurus. Awalnya saja kelihatan manis dan indah, tapi lambat laun sudah kelihatan kotor dan banyak rumput,”ungkap Moce warga sekitar kepada beritabeta.com, Minggu (7/7/2019).

Pembangunan taman kota dengan ukiran relief wajah pahlawan ini dibangun untuk memperindah wajah kota Ambon. Tahun 2017 Dinas Pekerjaan Umum (PU) Provinsi Maluku menggagas pembangunan taman itu yang diperkirakan menelan anggaran miliaran rupiah.

Pepohonan di sekitar taman rantingnya sudah menutup relief wajah Pahlawan Johannes Leimena

Apa yang terjadi? Pepohonan di sekitar taman rantingnya sudah menutup relief wajah Johannes Leimena. Padahal, di zaman kemerdekaan,  Sukarno sang Proklamator sangat mengagumi sosok Johannes Leimena yang juga seorang dokter kelahiran Ambon dan terlibat aktif dalam Sumpah Pemuda 1928.

Kekaguman Sukarno kepada Leimena diterangkan secara gamblang dalam buku Bung Karno: Penyambung Lidah Rakyat Indonesia (2007) yang ditulis Cindy Adam.

Melihat fakta seperti ini, terasa niat baik pemerintah daerah untuk memperindah wajah Kota Ambon dengan pembuatan taman bahkan penghargaan  kepada pahlawan yang dibanggakan sama sekali hanya bersifat temporer. Padahal, Thomas Matulessy, Ch Martha Tiahahu, Karel Satsuitubun, dan Johanis Leimena bukan saja pahlawan untuk rakyat Maluku, tapi lebih dari itu mereka adalah kusuma bangsa.

“Padahal saat ini kita tengah mencari perhatian pemerintah pusat agar kita diperhatikan, baik dari sisi politik, ekonomi dan sosial. Tapi yang telah diakui negara saja,  kita tidak mampu merawat dan menjaganya,” tandas Ketua IPPMASSI Ambon Fready Toisuta menanggapi hal ini. (BB-DIO)