Melianus Titahena, Talenta Musik Membawanya Melintasi Benua
BERITABETA.COM – Ada banyak hal yang membawa orang luar mengenal Ambon. Dan kebanyakan orang Indonesia mengenal Ambon karena memiliki musisi-musisi handal. Anak muda masa kini, tentu banyak mengenal musisi asal Ambon. Sebut saja Glend Fredly, Andre Hehanusa dan sederet nama beken lainnya.
Pada dekade sebelumnya ada Harvey Malaiholo, Utha Likumahua, Frangky Sahilatua, Brory Pesolima, Bob Tutupoly, Yopie Latul dan masih banyak lagi. Jauh sebelumnya lagi ada kakek Glenn dan Harvey, Bram Aceh. Suara merdu mereka telah melanglang buana hingga ke mancanegara.
Musik memang sudah menjadi bagian dari hidup orang Ambon. Tak heran jika menyelami seluk beluk Kota Ambon dan Maluku umumnya, pastinya akan lebih banyak menemukan musisi-musisi handal penuh talenta. Dari generasi ke generasi banyak orang Ambon yang diorbitkan sebagai musisi, namun banyak pula yang belum dikenal secara luas.
Satu diantaranya adalah Melianus Titahena (51). Sabtu sore (6/7/2019), beritabeta.com memiliki kesempatan berbincang-bincang dengan pria kelahiran Skip, Kecamatan Sirimau, Kota Ambon, 14 Maret 1968 ini.
Ongen Titahena begitu biasa disapa, cukup cair menceritakan kisah dan kiprahnya di dunia musik. Ia punya jam terbang dan kemampuan musik yang cukup mumpuni. Selain piawai memainkan beberapa alat musik, Ongen juga dikenal sebagai pelatih, juri lomba dan juga pencipta lagu.
Kiprahnya di dunia musik sempat membawanya tampil di Benua Australia dan Eropa, tepatnya di Oqlan Selandia Baru pada tahun 1995 dan Belanda tahun 2010. Di Oqlan, Ongen tampil sebagai pemain musik tradisional mengiringi tarian dan di Belanda, ia tampil sebagai pemain musik tradisional dan bernyanyi.
Jika sejumlah musisi beken asal Ambon dikenal karena vocal suaranya yang merdu dan memiliki ciri khas dalam melantunkan lagu, Ongen malah punya kelebihan tersendiri, dia mampu memainkan beberapa alat musik, dan yang paling berkesan dari Ongen Titahena adalah talentanya memainkan Saxophones.
Bakat yang dimiliki PNS di Taman Budaya Maluku ini, memang tidak datang begitu saja. “Buah Jatuh Tak Jauh Dari Pohonnya” pribahasa ini menjadi deskripsi atas apa yang dimiliki Ongen. Ayahnya, Lucas Titahena memang pemain Saxophones di kesatuan TNI.
Lahir dari pasangan Lucas Titahena – Juliana Pattserlihoen (almarhum), membuat Ongen begitu dekat dengan musik.
“Sejak kecil saya sering melihat bapak bermain musik yakni Saxaphones dan saya pun sering diajarkan, hingga mahir sebagai pemain Saxaphone,” ungkap Ongen mengenang.
Lewat Saxaphone, Ongen sempat diundang berkunjung ke beberapa provinsi sebut saja Ternate dan Manado. Bukan saja Saxaphone, ia juga piawai memainkan alat musik Keyboard. Kemampuannya itu membuat ia sering tampil di sejumlah kafe dan restorant hotel di Kota Ambon.
Sejumlah kafe dan restorant menjadi tempatnya mengais rejeki tambahan, sebut saja di Restorant Panorama, Hotel Marina, Hotel Santika dan sejumlah lokasi lain di Kota Ambon.
“Memang saya punya jadwal khusus sering tampil di beberapa tempat secara rutin. Selain itu kegiatan saya adalah sebagai guru musik di rumah megajar para pelajar SMP Negeri 7 Ambon,” tandasnya.
Pendeknya, mengulas tentang sosok yang satu ini, tidak ada habisnya. Ongen termasuk musisi yang kenyang pengalaman. Tak heran, ketika redaksi beritabeta.com menerima email yang berisi sejumlah prestasi dan pengalamannya di dunia musik, ikut merasakan Ongen sepertinya adalah ‘dedengkot’ musisi lokal asal Maluku.
Tercatat, Ongen pernah tampil di event Lomba Cipta Lagu sebanyak empat kali. Kemudian menjadi juri lomba di sejumlah event musik lokal. Menjadi pelatih musik di sejumlah tempat dan juga menjadi Penguji Musik di SMK 7 dan Penguji Musik untuk Bintara Polisi Polda Maluku.
Sedangkan kiprahnya sebagai pemain musik sudah tidak bisa diragukan lagi. Ia pernah tampil sebagai pemain music di Ambon Jazz Plus, tampil sebagai pemain ilustrasi musik Maluku di Istana Kepresiden tahun 2012. Dan tak kalah penting ikut di sejumlah event bergengsi di sejumlah daerah antaranya, Pekan Karya Cipta Seni Pertunjukan Tradisional Jakarta, tahun 1991, Festival Nasional Seni Pertunjukan Banjarmasin Thn 2002 dan Temu Karya Taman Budaya se Indonesia Pekanbaru Thn 2010.
Kini pria yang menetap di jalan Tabea Jou Kopertis, Desa Soya, Kota Ambon, itu mengaku tengah sibuk dengan megajar music kepada pelajar SMP 7 Ambon. Selain itu, waktu luangnya banyak dihabiskan untuk bermain musik di sejumlah kafe dan restorant.
“Prinsipnya saya jalani saja apa yang sudah menjadi berkah saat ini, selain bertugas sebagai PNS, saya punya kesibukan mengajar dan bermain musik di sejumlah tempat,” tandasnya (dhino pattisahusiwa)