Benarkah Penciuman dan Pengecap di Lidah Hilang Tanda Terinfeksi Covid-19 ?
BERITABETA.COM – Banyak gambaran gejala yang berbeda-beda pada tiap pasien yang terinfeksi Covid-19. Meski didominasi pada gejala di sekitar saluran pernapasan, tak dipungkiri beberapa pasien mengeluhkan gejala di sekitar sistem pencernaannya.
Sebuah penelitian menunjukkan, kehilangan indera penciuman kemungkinan menjadi pertanda penularan Covid-19 yang lebih meyakinkan dibandingkan batuk dan demam.
“Bisa jadi jalur masuk Covid-19 termasuk saluran pencernaan. Prinsipnya ke perangai virusnya. Virus ini ada reseptor khusus di badan, ada di saluran napas dan saluran cerna,” kata dokter spedialis Gastroenterologi di Siloam Hospital Kebon Jeruk, Dr. dr. Wifanto Saditya Jeo, Sp.KBD dalam webinar bersama Siloam Hospital Kebon Jeruk, beberapa waktu lalu.
Dipaparkan Wifanto, virus coronabisa mulai menyerang saluran pencernaan yang terlihat dari menurunnya fungsi penciuman di hidung dan pengecapan di lidah. Hal itu membuktikan bahwa virus mulai masuk ke tubuh berkaitan dengan reseptornya di saluran pencernaan.
Oleh sebab itu, kata dia, reseptor virus corona jenis baru ini perlu diwaspadai dengan melakukan pencegahan agar tak memicu infeksi sehingga berdampak pada gejala-gejala tersebut. Apabila telah melakukan kontak dengan pasien atau suspek Covid-19, Wifanto menyarankan segera menjaga kondisi tubuh melalui imunitas yang baik.
Hasil Penelitian
Seperti dikutip dari BBC.com menyebutkan, penelitian di University College London (UCL) terhadap 590 orang yang kehilangan indera penciuman atau perasa pada awal tahun, menemukan sebanyak 80% di antara mereka memiliki antibodi virus corona.
Dari mereka yang memiliki antibodi, 40% tak memiliki gejala lainnya. Bagaimanapun, penelitian ini hanya berfokus pada orang-orang yang memiliki gejala ringan.
Bukti bahwa kehilangan indera penciuman dan pengecapan boleh jadi merupakan tanda-tanda terinfeksi virus corona mulai mengemuka pada April.
Hal itu secara resmi dimasukkan sebagai gejala Covid-19 pada pertengahan bulan Mei.
Panduan saat ini menyebutkan, siapa pun yang mengalami kehilangan atau perubahan pada indera penciuman atau perasa, harus mengisolasi diri dan melakukan tes.
Tapi penulis utama dari penelitian di UCL, Prof Rachel Batterham, mengatakan, batuk dan demam masih dilihat banyak orang sebagai gejala utama yang harus diwasapadai.
Dia merekrut responden antara 23 April dan 14 Mei dengan mengirimkan pesan teks melalui empat fasilitas kesehatan di London, lantas mendaftarkan mereka yang melaporkan kehilangan penciuman atau pengecapan empat minggu sebelumnya.
Seluruh responden ini telah dites antibodinya. Hasil tes menunjukkan empat dari lima responden reaktif, artinya pernah terinfeksi Covid-19.
Apakah semua pasien Covid-19 kehilangan indera penciuman?
Penelitian ini dibatasi oleh fakta bahwa seluruh peserta memiliki gejala ringan, termasuk atau hanya terbatas pada kehilangan indera penciuman/perasa, jadi mereka mungkin tidak bisa mewakili seluruh pasien Covid-19.
Tapi temuan ini menekankan pentingnya orang untuk mewaspadai perubahan pada indera penciuman dan perasa, kemudian melakukan isolasi mandiri ketika mereka menyadari tak bisa mencium bau-bauan “harian” seperti parfum, pemutih, pasta gigi, atau kopi, kata Prof Batterham.
Walau tidak semua pasien Covid-19 akan kehilangan indera penciuman atau perasa, jika seseorang kehilangan indera penciuman kemungkinan besar itu disebabkan virus corona, kata penelitian ini.
Mengapa virus corona menyebabkan kehilangan indera penciuman?
Prof Batterham mengatakan, harus diwaspadai adalah kehilangan penciuman tanpa hidung tersumbat atau berair. Kehilangan penciuman ini terjadi karena virus telah menyerang sel-sel yang berada di bagian belakang hidung, tenggorokan dan lidah.
Ini berbeda dari pengalaman mereka yang terkena flu biasa, ketika perubahan indera
Para peneliti King’s College London, yang mengoperasikan aplikasi Penelitian Gejala Covid, sebelumnya memperkirakan 60% orang dengan virus corona telah kehilangan indera penciuman dan perasa.
Meskipun kehilangan indera penciuman dianggap sebagai gejala ringan dan tak perlu dibawa ke rumah sakit, Prof Batterham menunjukkan potensi bahaya dari hilangnya indera penciuman, di antaranya tak mampu untuk mendeteksi asap, gas yang bocor atau makanan yang sudah busuk.
Dalam jangka panjang, ini juga bisa berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas hidup seseorang (BB-DIP)