Fanatisme Buta dan Tragedi Kemanusiaan di Kanjuruhan

Sungguh pilu, tragedi ini menjadi potret buram, betapa Sepakbola sebagai salah satu cabang olahraga yang sangat terkenal dan diminati masyarakat dunia, khususnya masyarakat Indonesia yang sejatinya menjadi media pemersatu dan media perekat sesama anak bangsa, justru merobek/merusak ikatan-ikatan kerahiman sebagai sesama anak bangsa dan anak manusia-serta meninggalkan stigma kolektif yang sangat dalam.
Semoga kekerasan yang telah merenggut ratusan nyawa karena fanatisme buta dan komunalisme semu ini tidak terulang lagi.

Kejadian ini juga sejatinya menjadi bahan refleksi dan evaluasi secara menyeluruh tentang pelaksanaan kompetisi/liga, dan seluruh perangkat-perangkat pertandingan di Indonesia--agar lebih profesional.
Demikian halnya dengan sistem pengamanannya [harus ada pengusutan dan penegakkan hukum secara tegas].
Semoga ke depan, pelaksanaan Liga Sepakbola di Indonesia makin profesional, berkualitas, maju dan aman yang mencirikan jati diri bangsa Indonesia sebagai bangsa yang berkeadaban tinggi. Apapun tetap dukung dan mencintai Sepakbola Indonesia. Garuda di Dadaku. Amin. Duka mendalam untuk para korban. (*)
Editor : Samad Vanath Sallatalohy